tag:blogger.com,1999:blog-85243405043282131102024-03-13T15:02:15.251-07:00coretan-coretan Syeficoretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.comBlogger47125tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-28024987355779075772015-02-19T18:32:00.001-08:002015-02-19T18:32:33.663-08:00Siasat Lantip Menyigi Potensi Sumber Daya Manusia Rumah sakit<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-JkAftjRvTjo/VOacYkkzAkI/AAAAAAAAAFM/9bC5lJbi9Gk/s1600/health-service.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-JkAftjRvTjo/VOacYkkzAkI/AAAAAAAAAFM/9bC5lJbi9Gk/s1600/health-service.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Human
resources are like natural resources; they're often buried deep. You have to go
looking for them, they're not just lying around on the surface. You have to
create the circumstances where they show themselves.” <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">―
Ken Robinson <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sebuah kutipan menarik dari Ken
Robinson, seorang Profesor Pendidikan dari University of Warwick, ini
menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan sesuatu yang perlu digali dan
ditumbuhkan. Begitupun dalam sebuah perusahaan, potensi karyawan perlu digali
untuk mengakselerasi kinerja perusahaan. Sumber daya manusia menyimpan berjuta
potensi dan probabilitas. Manusia bukanlah mesin yang hanya digunakan untuk
menghasilkan suatu produk atau melakukan suatu <i>service</i> bagi <i>customer</i> dan
perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset perusahaan yang tak tergantikan
karena setiap individu memiliki karakter yang khas. Jika sumber daya manusia
di-<i>maintain </i>secara bijak, maka akan
menghasilkan suatu kolaborasi yang menguntungkan bagi perusahaan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Manusia memiliki kelebihan yang tidak
dimiliki oleh makhluk lain, yaitu kemampuan untuk belajar <i>(learning ability)</i>. Manusia memiliki kemampuan ini karena memiliki
organ unik yang bernama otak. Otak manusia akan menerima sensasi dan persepsi,
kemudian menyimpan <i>(memorize)</i>, dan
mengeluarkan kembali <i>(recall and
retrieval)</i> terhadap apa yang ada di lingkungannya <i>(learning process).</i> Hasil pembelajaran kemudian menjadi kemampuan
manusia dalam mengatasi permasalahan dalam hidupnya <i>(human capacity).</i> Kemampuan yang dimiliki seseorang dari pendidikan
kemudian membentuk perilaku seseorang <i>(neurobehaviour).</i>
Maka, gaya belajar dan proses pembelajaran seseorang erat kaitannya dengan
karakter dan <i>performance </i>nya di
tempat kerja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Indonesia berpeluang mencapai suatu
momentum <i>window of opportunity</i> yang
kemungkinan terjadi pada tahun 2020-2030. Peluang ini muncul karena banyaknya
sumber daya manusia usia produktif yang dimiliki Indonesia, namun dari segi
kualitas, masih kalah dengan negara lain. Indonesia dengan jumlah penduduk
paling tinggi di ASEAN, yaitu 241.452.952 juta jiwa, memiliki peringkat HDI <i>(Human Development Index)</i> ke-6 dari 10
negara. Ini menunjukkan bahwa meskipun menyumbang hampir 50% dari total jumlah
penduduk ASEAN, Indonesia masih tergolong dalam posisi menengah ke bawah di
antara negara-negara ASEAN. Peluang tersebut hanya dapat dimanfaatkan jika Indonesia
tidak terlambat dalam upayanya menyiapkan kualitas sumber daya manusia untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maka, setiap perusahaan wajib membenahi
kualitas sumber daya manusianya demi memenangkan persaingan ini. Peluang ini
pula yang dapat ditangkap oleh PT Nusantara Medika Utama yang bergerak di
bidang perumahsakitan. Rumah sakit merupakan unit bisnis sekaligus unit sosial
yang terdiri dari kumpulan sumber daya manusia dari berbagai bidang keilmuan.
Variasi tingkat pendidikan dan jenis keahlian yang tersebar pada sumber daya
manusia rumah sakit memaksa pihak manajemen untuk mencari siasat lantip guna
mengelola assetnya seoptimal mungkin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b>Executive
Brain Assessment<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ada beberapa cara yang dapat ditempuh
rumah sakit untuk menggali potensi karyawannya. Pertama, rumah sakit dapat
melakukan EBA <i>(Executive Brain
Asssessment)</i> pada karyawan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 586/MENKES/SK/VII/2009 tentang Pedoman Pemeriksaan
Kesehatan Intelegensia Melalui Penilaian Kemampuan Eksekutif Otak <i>(Executive Brain Assessment)</i> untuk
Pejabat Pemerintah/ Negara, tes EBA ini perlu dilakukan dengan pertimbangan
data dari UNDP tahun 2011. Indeks Pengembangan Manusia <i>(Human Development Index)</i> Indonesia terletak pada peringkat 124
dari 187 negara di dunia. Sedangkan dalam skala Asia-Pasifik, Indonesia
menempati posisi 12 dari 21 negara. PT Nusantara Medika Utama seyogyanya juga
menerapkan sistem <i>assessment</i> ini bagi
karyawannya. Hal ini dilakukan agar rumah sakit tidak tertinggal dan dapat
bersaing secara global di era pasar bebas ASEAN yang akan kita songsong
sebentar lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hasil tes EBA dapat digunakan untuk
melihat “potret” kekuatan sumber daya manusia bagi rumah sakit. Hasil tersebut
kemudian digunakan untuk memberikan dasar yang kuat dalam menyusun dan
mengevaluasi langkah langkah strategis dalam mengembangkan rumah sakit. Tes EBA
setidaknya mampu untuk melihat dominasi otak seseorang, modalitas belajar, dan
gaya berpikir seseorang. EBA merupakan satu set pemeriksaan intelegensia yang
mengukur beberapa kemampuan dasar, potensial dan aktual, yang dapat menunjang
keberhasilan seseorang dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin. Pemeriksaan EBA terdiri dari beberapa pemeriksaan neuropsikologi,
yaitu neurobehaviour, neuropsikiatri, dan neuropsikologi dasar dan umum. Keseluruhan
pemeriksaan tersebut tertuang dalam dua tahap pemeriksaan, yaitu <i>Executive Brain Screening </i>dan <i>Executive Brain Mapping</i>. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Melalui pemeriksaan EBA ini diharapkan
rumah sakit mampu melihat potensi karyawannya dengan lebih dalam dan detail
sehingga penempatan karyawan dapat disesuaikan dengan potensinya. Penempatan
karyawan sesuai potensinya akan meningkatkan prestasi karyawan sekaligus
meningkatkan kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Hal ini akan meningkatkan
kepuasan kerja karyawan dan loyalitas karyawan pada rumah sakit.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan
dan Pelatihan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedua, rumah sakit memberi kesempatan
berupa pendidikan dan pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan
kompetensinya. <i>Practice makes perfect</i>.
Barangkali kalimat ini perlu kita tilik kembali untuk mengingat bahwa ketepatan
dalam pelayanan, khususnya di bidang rumah sakit, begitu penting karena terlalu
banyak resiko yang diperjudikan setiap hari dalam rumah sakit. Dengan praktek
atau latihan yang kerap dilakukan, maka presisi tindakan atau layanan yang
diberikan akan meningkat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Di era modern ini rumah sakit - rumah
sakit sibuk bersaing dengan perang teknologi. Mereka saling memamerkan
peralatan-peralatan canggih nan mahal yang mereka miliki. PT Nusantara Medika
Utama tak boleh melupakan aspek manusia sebagai pengendali semua teknologi
canggih tersebut. Tenaga medis di sebuah rumah sakit tak cukup hanya
mengandalkan mesin buatan manusia lain. Mereka pun harus mampu menganalisis
hasil dan bahkan mengoreksi ‘output’ dari mesin tersebut. Karena dalam dunia
kesehatan, tak ada sesuatu yang <i>fixed</i>,
diperlukan pendekatan <i>humanity</i> dalam
setiap pelayanannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bukan menjadi sebuah rahasia lagi, bahwa
masyarakat kita, masih cenderung ‘tidak percaya’ pada kualitas pelayanan
kesehatan di negeri sendiri. Bagi yang memiliki akses dan materi lebih akan
mencoba pengobatan di negeri tetangga yang konon katanya lebih akurat hasilnya dan
lebih canggih teknologinya. Mungkin memang benar, mereka lebih maju dalam hal
teknologi dan lebih disiplin dalam penerapan Standar Prosedur Operasional
(SPO). Namun, sekali lagi, ada hal yang mereka lupakan, yaitu pendekatan
kemanusiaan. Mungkin di Indonesia, kita dapat menemukan banyak kasus dimana
seorang pasien mendapat diagnosa yang berbeda setiap datang ke dokter yang
berbeda. Berbeda dengan di Singapura, dimana seorang pasien akan mendapat
prosedur dan diagnosa yang sama ke dokter manapun dia berkonsultasi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pelayanan kesehatan yang terlalu kaku
hanya akan membuat para tenaga medis bekerja bagai robot. Disinilah peran
pentingnya pendidikan dan pelatihan, dimana seorang karyawan tetap dijaga
kemanusiaannya untuk berpikir dan memberikan pelayanan sepenuh hati. Diperlukan
latihan dan pengalaman untuk membuat seorang tenaga medis dapat melibatkan dan
memanfaatkan intuisinya dengan tepat dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Kombinasi dari kecanggihan teknologi dan kepiawaian sumber daya manusia yang
mengelola dan menggunakannya akan membuat sebuah rumah sakit menjadi solusi
pilihan bagi permasalahan kesehatan masyarakat Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan dan Pelatihan juga diperlukan
untuk ‘mempertajam pisau’ rumah sakit. Steven R. Covey dalam bukunya yang
berjudul <i>The 7 Habits of Highly Effective
People</i> menyebutkan <i>“sharpen the saw”</i>
sebagai salah satu kebiasaan yang perlu dikembangkan. Begitu juga dengan rumah
sakit, ia perlu secara kontinu mempertajam pisaunya. Pisau rumah sakit adalah
strategi bisnis yang ditempuh untuk membuatnya memiliki diferensiasi dengan
Rumah sakit lain. Misalnya, Rumah Sakit Perkebunan Jember memiliki klinik
kecantikan J-Klin dan Gedung Medik Sentral yang dilengkapi dengan <i>Trauma Centre</i> dan Bedah Syaraf yang
tidak dimiliki oleh rumah sakit lain. Maka, rumah sakit perlu mempercantik dan
mengemas layanan unggulannya semenarik mungkin. Selain itu, rumah sakit perlu
memberikan pelatihan dan pendidikan bagi tenaga kerja di unit-unit unggulan
tersebut untuk ‘mempertajam pisau’ rumah sakit. Pisau yang setengah tajam hanya
akan merepotkan karena terlanjur melukai tapi tak tuntas melaksanakan tugasnya
dalam memangkas. Dalam dunia perumahsakitan, pisau yang tak tajam justru dapat
berpotensi memunculkan permasalahan baru dan meningkatkan biaya perawatan rumah
sakit. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan dan Pelatihan yang ideal
tentunya adalah sebuah paket diklat yang berkelanjutan dan dievaluasi secara
berkala. Pendidikan dan Pelatihan tak cukup hanya memberikan wawasan dan wacana
bagi karyawan, melainkan sebuah program yang berkelanjutan dan melibatkan <i>feed back </i>dari karyawan. Penilaian yang
dilakukan terus menerus dapat digunakan untuk melihat perkembangan karyawan
dalam mengaplikasikan materi atau pelatihan yang telah diberikan. Penilaian
juga harus dilakukan secara komprehensif, tak hanya dari atasan kepada bawahan.
Penilaian juga diberikan dari rekan kerja yang setara, bawahan, dan juga dari
pihak <i>customer </i>atau pengguna jasa
layanan. Hasil evaluasi secara berkala dapat digunakan untuk memperbaiki sistem
pendidikan dan pelatihan yang sudah ada dan juga untuk mengevaluasi individu
yang bersangkutan. Sebagai <i>follow up</i> dari penilaian dan evaluasi tadi, karyawan yang
menunjukkan kinerja yang baik dan berprestasi, perlu diberi apresiasi. Hal ini
dapat memotivasi karyawan tersebut dan karyawan-karyawan lain untuk memberikan
kinerja yang lebih baik lagi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kompetisi
Internal<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketiga, rumah sakit dapat menciptakan
iklim kompetisi internal. Kompetisi dapat dilakukan secara ekspilisit maupun
implisit. Berbagai jenis kompetisi dalam berbagai bidang dapat digunakan untuk
menggali potensi karyawan. Dengan kreativitas, potensi karyawan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memajukan rumah sakit. Karena manusia memiliki banyak sisi,
rumah sakit dapat berkreasi dengan mengoptimalkan ‘sisi lain’ karyawan untuk
kemajuan rumah sakit. Misalnya, dengan menggunakan pendekatan seni, sebuah
rumah sakit dapat menjual dirinya dengan lebih baik. Seni merupakan media yang
paling mudah digunakan untuk menyampaikan pesan karena relatif mudah diterima
oleh masyarakat. Seni memiliki sisi yang menghibur sehingga <i>audience</i> tidak merasa bahwa sebenarnya
mereka tengah menerima informasi yang <i>valuable
</i>dan mempengaruhi <i>attitude</i> mereka.
Rumah sakit dapat mengembangkan seni sebagai media promosi dan edukasi bagi <i>customer</i> dan masyarakat pada umumnya. <i>Customer</i> disini tak hanya berarti
pasien, tapi juga mitra kerja dan karyawan rumah sakit sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kompetisi yang diselenggarakan secara
implisit juga perlu diagendakan. Kompetisi terselubung ini untuk menstimulasi
karyawan agar selalu pro-aktif di lingkungan kerja dengan menerapkan budaya
perusahaan yang telah digaungkan kepada seluruh karyawan rumah sakit. Dengan
berbagai macam kompetisi, maka kreativitas dan potensi karyawan yang terpendam
dapat tergali dan tumbuh bersama rumah sakit. Seperti ungkapan yang dilontarkan
oleh Ken Robinson di awal tulisan, sumber daya manusia itu seperti sumber daya
alam, terkadang terkubur dalam, kita perlu menggali dan menciptakan kondisi
yang kondusif untuk menumbuhkannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk menghadapi kompetisi bisnis rumah
sakit yang semakin rumpil, diperlukan sumber daya manusia yang mumpuni dalam bidangnya
masing-masing. Rumah sakit perlu menganalisa potensi karyawan sehingga <i>‘the right people on the right place’</i>
dapat tercapai. Ketepatan penempatan karyawan dapat ditempuh salah satunya
dengan tes EBA. Setelah perusahaan menemukan potensi karyawannya dan memetakan
area yang tepat bagi mereka, maka langkah selanjutnya adalah menggagas paket
pendidikan dan pelatihan yang kontinu. Karena potensi yang tak diasah ibarat
minyak bumi yang tak dikilang. Minyak bumi yang telah mengalami proses
pengilangan dapat digunakan sebagai bahan bakar dan <i>value</i> nya jadi meningkat. Begitu juga, sumber daya manusia yang
telah melalui diklat akan meningkat <i>value
</i>nya. <i>Value</i> ini yang kemudian
menjadi diferensiasi perusahaan. Sumber daya manusia yang <i>valuable </i>akan siap menghadapi iklim kompetisi, baik secara internal
maupun eksternal rumah sakit. Kompetisi internal membentuk pribadi yang siap
bersaing secara global.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Era pasar bebas ASEAN sudah di depan
mata, selayaknya PT Nusantara Medika Utama sudah menyingsingkan lengan baju
demi menyambut pasar baru ini. Dengan siasat penelusuran potensi karyawan yang
tepat, maka perusahaan tak perlu berwalang hati menghadapi pasar yang semakin
ramai. Sumber daya manusia merupakan salah satu modal rumah sakit yang dapat
meningkatkan modal lain. Lingkaran modal ini akan terus berputar. Jika asupan
yang tepat diberikan bagi sumber daya manusia, maka ia akan memberi asupan pada
sumber daya yang lain. Maka asset yang paling berharga bagi rumah sakit adalah
sumber daya manusia yang berkualitas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Esai ini ditulis untuk mengikuti Lomba
Karya Tulis Internal PT Perkebunan
Nusantara X (Persero). Tema yang dipilih adalah “</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Menggali
Potensi Karyawan Untuk Mengakselerasi Kinerja Perusahaan”.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-60349652194007472032014-12-06T19:42:00.001-08:002014-12-06T19:44:54.743-08:00Sepucuk Surat Cinta Untukmu<blockquote style="clear: both; text-align: center;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-sS2JDDaBUWU/VIPL22jYUDI/AAAAAAAAAE8/FZ6W3RORzMw/s1600/cinta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-sS2JDDaBUWU/VIPL22jYUDI/AAAAAAAAAE8/FZ6W3RORzMw/s1600/cinta.jpg" height="211" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar diambil dari http://www.duniasantika.com/2013/09/betapa-berartinya-sebuah-pertemuan.html</td></tr>
</tbody></table>
</blockquote>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Selamat pagi, sayang. Apa yang
sedang kamu lakukan? Mungkin kamu juga sedang menuliskan sepucuk surat cinta
untukku. Sabar, sayang, kita akan segera bertemu. Tahan dulu rindumu yang
membuncah itu. Aku di sini pun sedang menanti pertemuan kita yang masih terasa
begitu lama.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sayang,
maafkan aku jika aku menghambat pertemuan kita ini. Bukannya aku tidak
merindukanmu, bukannya aku tak sayang padamu, bukannya aku tak menginginkan
bertemu dan segera bercumbu denganmu. Aku hanyalah manusia biasa dengan egosime
khas anak muda yang tinggi. Maafkan aku jika aku mengulur waktumu lebih lama
dalam kesepian ini. Maafkan aku karena aku masih ingin memoles kepribadianku,
masih ingin mempercantik akhlakku, masih ingin mengenyam pendidikan lagi, masih
ingin melihat dunia lebih luas lagi sebelum bertemu denganmu. Karena
sesungguhnya aku malu jika aku bertemu dengan orang yang paling aku kasihi,
orang yang paling aku dambakan, orang yang akan menghabiskan sisa hidupnya
bersamaku dan berjuang bersama mewujudkan mimpi kita dengan karakter yang masih
seperti anak ayam kehilangan induknya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sayang,
aku mohon kamu bersabar menungguku untuk berproses dari itik yang buruk rupa
menjadi seekor angsa yang indah. Sayang, meskipun tak banyak yang bisa aku
janjikan padamu, aku mohon kamu jangan kecewa padaku. Mungkin kamu akan
mendapati aku yang tak mampu mengendalikan diri ketika memegang banyak uang,
mungkin kamu akan mendapati aku yang begitu sulit menjaga kerapian kamar kita,
mungkin kamu akan mendapati aku yang begitu cengeng dan mudah menangis, mungkin
kamu akan mendapati aku yang begitu cerewet karena selalu ingin tahu hal-hal
yang belum aku ketahui. Ya, kuharap kamu akan menerimaku apa adanya, dengan
segala kelebihan dan kekuranganku.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tenang
sayang, meskipun tampaknya aku rapuh, tapi bersamamu aku akan menjadi kuat.
Semua pengalaman pahit sebelum aku bertemu denganmu akan semakin
mendewasakanku. Kamu hanya perlu banyak berdoa semoga aku selalu kuat dan
segera dipertemukan denganmu. Aku juga akan terus berdoa dalam malam malamku
yang dingin. Dalam gigilnya dini hari, mari kita bersama sama terjaga dan
bersujud untuk masa depan kita yang indah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku
tak tahu sepanjang apa jalanku menuju tempat kita akan bertemu denganmu. Tapi
sejauh apapun itu, kita harus bertahan, sayang. Kita harus saling percaya bahwa
ketika semesta bersekongkol mengamini setiap doa yang kita panjatkan dan saat
kita sudah selesai dengan perkara pribadi masing masing, maka saat itulah kita
akan bertemu. Saat itulah segala rasa sakit yang kita tahan selama ini akan
terobati. Kita bertemu bagai dua insan yang telah lama saling menunggu. Semua
waktu dan pengorbanan selama penantian yang panjang akan terbayar. Mari kita
berjuang untuk hari itu, sayang, hari kemenangan kita karena berhasil saling
menemukan. Kita tak akan pernah bertemu jika salah satu dari kita menyerah
sekarang, sayang. Tak ada alasan untuk berhenti jika kamu masih menginginkanku.
Tak apa jika kamu tersesat dan salah memilih jalan. Tak apa jika kamu sempat
terhenti di jalan karena salah memilih wanita lain. Sungguh tak apa, sayang. Setiap
orang yang sukses pasti pernah gagal. Begitu juga kita, jangan pernah ragu
untuk melangkah karena sekecil apapun langkah itu, akan semakin mendekatkanmu
padaku.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sayang,
aku pun tak banyak berharap padamu. Aku tak perlu pria tampan nan rupawan yang
menantiku di jembatan cinta tempat kita bertemu. Yang kuperlukan hanyalah
ketampanan lakumu dan kerupawanan pribadimu. Aku tak perlu pria berbadan
atletis untuk memelukku, yang kuperlukan hanyalah ketulusanmu ketika mendekap
dan mengecupku kelak. Aku tak perlu pria dengan segudang pencapaian atau pria
dengan banyak pemuja, cukup pria sederhana yang melakukan hal –hal sederhana
tapi bermanfaat bagi siapapun. Aku tak perlu pria yang jago bermusik atau jago
berolahraga untuk terlihat macho, yang kuperlukan hanyalah pria yang selalu
bersedia untuk meluangkan waktunya untuk sekadar bernyanyi bersama di kamar
atau menyempatkan diri di minggu pagi untuk jogging atau bersepeda santai
bersamaku dan bukannya bangun siang bermalas malasan di rumah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Maafkan
aku sayang, ternyata permintaanku masih saja banyak. Ternyata aku menuntut
terlalu banyak padamu. Sekali lagi, maafkan aku. Aku hanya ingin menyapamu
melalui surat ini untuk mereduksi rasa rinduku padamu. Pun aku tak mengharapkan
balasan darimu. Semoga kamu baik baik saja disana dan masih menikmati
kehidupanmu sebelum bertemu denganku.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Salam Cinta dariku, Sayang.<o:p></o:p></div>
coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-72468894809717773322014-08-05T20:47:00.002-07:002014-08-05T20:47:42.703-07:00Mari Bermimpi Karena Bermimpi itu Gratis<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saya lupa lupa ingat pernah baca
dimana tentang penulis pemula. Katanya langkah awal dan paling mudah bagi
penulis pemula untuk terus mengasah bakat dan kemampuannya menulis adalah
dengan menulis tentang dirinya sendiri. Hahaha. Jadi, nggak ada salahnya juga
bagi saya untuk banyak-banyak menulis tentang diri sendiri di blog ini. Toh
blog ini punya saya, suka-suka saya dong. Haha.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saya kepikiran untuk menulis
tentang beberapa mimpi saya. Katanya mimpi akan semakin tertanam di alam bawah
sadar jika kita menuliskannya. Jadi, daripada hanya disimpan dan terus
dikembangkan dalam khayalan sendiri, saya mencoba menuliskannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sejujurnya, ketika saya kecil,
saya tidak punya cita-cita sama sekali. Tapi kemudian sekarang saya memutuskan
untuk punya beberapa mimpi karena mimpi itu gratis, nggak ada yang melarang,
dan nggak ada ruginya sama sekali punya mimpi. Oke, kita mulai saja ya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Kuliah
di Luar Negri</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Sebenernya ini
udah impian sejak jaman SMA sih, tapi sampai sekarang belum kesampaian juga.
Alasan saya ingin belajar di luar negri karena saya ingin merasakan tinggal di
luar negri. Sudah pasti culture, system, bahasa, kebiasaan, semuanya berbeda di
Indonesia dan di luar negri. Saya ingin merasakan musim yang berbeda, yang
tidak ada di Indonesia. Saya ingin merasakan berpuasa dan merayakan lebaran di
luar negri, merasakan bagaimana menjadi kaum minoritas di negri orang. Saya ingin
merasakan terkagum kagum pada tempat-tempat dan bangunan di luar negri. Saya ingin
merasakan nikmatnya tinggal di negri yang pegawai pemerintahnya dihargai
tinggi. Saya ingin melihat system pelayanan kesehatan di luar negri. Saya juga
ingin merasakan betapa kayanya Indonesia dibandingkan negara lain. Saya ingin
merasakan kangen masakan Indonesia dan akhirnya terpaksa belajar memasak masakan
Indonesia. Saya ingin merasakan seburuk buruknya bangsa Indonesia ini, pada
akhirnya saya akan tetap mencintainya sebagai tanah kelahiran saya dan
bersyukur dilahirkan di Indonesia.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-BN6wplBLbYY/U-Gi1OVAuLI/AAAAAAAAAEc/1F-KX_JGFGA/s1600/oxford+university.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-BN6wplBLbYY/U-Gi1OVAuLI/AAAAAAAAAEc/1F-KX_JGFGA/s1600/oxford+university.jpeg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">kayaknya keren kalo bisa jadi mahasiswa oxford yah :)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-KitrsuY5C-A/U-GkPtzp1rI/AAAAAAAAAEk/nhWMrD32ViY/s1600/prancis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-KitrsuY5C-A/U-GkPtzp1rI/AAAAAAAAAEk/nhWMrD32ViY/s1600/prancis.jpg" height="176" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">atau baca buku kuliah dengan background menara eiffel :)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Punya
Kafe </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Tempat hangout
paling oke menurut saya, ya kafe, hahaha. Saya bukan pecinta kopi. Yang saya
nikmati di kafe pun juga tak selalu kopi. Kadang saya memesan teh, es krim,
atau cokelat. Saya nyaman berada di kafe karena kafe bisa jadi tempat nongkrong
selama berjam-jam, bahkan sampai kafenya tutup, hahahaa. Biasanya kafe menjadi
tempat ngobrol saya dan beberapa teman. Ada sebuah kafe yang menjadi tempat
langganan kami setiap Jumat malam. Kafe jaman sekarang juga selayaknya
dilengkapi dengan wifi gratis. Lebih nikmat lagi, kalau ada music akustik yang
menghibur pengunjung kafe. Kafe juga bisa menjadi tempat event-event anak muda,
seperti launching buku, acara talkshow, atau kelas berbagi seperti yang biasa
diadakan oleh akademi berbagi. Kafe bisa dikunjungi sendirian, misalnya untuk
orang-orang yang memang lagi nyari tempat yang nyaman untuk berselancar di
internet sambil menikmati kopi atau dikunjungi ramai-ramai bersama teman. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Bisnis kafe pun
sudah menjamur di kota-kota besar, terutama di wilayah yang banyak anak
mudanya, seperti daerah-daerah sekitar kampus. Agar menjadi berbeda, saya ingin
membuat konsep kafe yang sedikit berbeda. Mungkin namanya juga bukan kafe lagi,
tapi kedai minum<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>atau apa, saya juga
belum menemukan yang tepat. Kafe saya memiliki menu andalan yang berbasis
herbal. Jadi, mungkin saja minuman yang ditawarkan bukan cappuccino atau
espresso, tapi jamu kunyit asam dengan modifikasi formula sehingga rasanya tak
benar-benar seperti jamu dan penyajiannya juga dibuat menarik bagi anak muda.
Selain segelas minuman, para pelanggan juga akan mendapatkan informasi mengenai
khasiat minuman atau makanan yang mereka pesan. Saya ingin pelanggan tak hanya
sekadar menikmati rasa minumannya, tapi juga mendapat wawasan mengenai
bahan-bahan herbal Indonesia yang bermanfaat bagi kesehatan mereka. Kurang
lebih begitulah konsep kafe impian saya itu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Menulis
Buku dan diterbitkan</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Saya memang suka
menulis, tapi saya belum pernah punya karya sendiri yang berupa buku dan
diterbitkan. Saya ingin menulis sebuah buku yang saya tulis sendiri dan
kemudian diterbitkan. Dulu banget sih, pengennya nulis novel. Tapi lama-lama
saya merasa menulis novel itu tidak mudah, kemudian saya beralih ke
tulisan-tulisan non-fiksi saja. Saat ini saya belum punya konsep buku yang akan
saya tulis, tapi saya tetap punya cita-cita untuk menulis buku dan diterbitkan,
minimal saya terbitkan sendiri jika tidak ada penerbit yang mau menerbitkannya,
hehehe.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Punya
Anak Kembar</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Impian yang ini
memang agak absurd, hahahaa. Kalau cita-cita yang lain, tampaknya masih bisa
diusahakan dan direalisasikan. Tapi kalau cita-cita yang ini entah berapa
persen kemungkinannya, tapi saya memang punya keinginan untuk punya anak
kembar. Katanya sih anak kembar itu karena faktor genetik. Kebetulan om dan
bulik saya ada yang kembar. Ya, mudah-mudahan aja sih, itu bisa menyumbang
secara genetik untuk anak saya nanti. Hahahaa.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify;">
Sekian 4 impian
saya yang entah kapan akan terealisasi. *nyengir*</div>
coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-45645328487577484962014-07-13T22:04:00.003-07:002014-07-13T22:04:48.011-07:00Belajar dari Anak Kecil<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Seiring
bertambahnya usia, tanpa kita sadari kita semakin mengurangi frekuensi tertawa
kita. Mengapa begitu? Banyaknya permasalahan hidup yang dialami orang dewasa,
seperti masalah keuangan, masalah pekerjaan, masalah rumah tangga, dan
masalah-masalah global yang terus digembar gemborkan media mungkin menjadi
penyebabnya. Saya juga merasa seperti itu. Saya merasa semakin tua, saya
menjadi semakin sedikit tertawa. Bahkan, terkadang hanya sekedar untuk
tersenyum saja sulit rasanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Padahal,
berdasarkan penelitian, konon katanya tertawa itu bisa memberi dampak positif
bagi kesehatan. Tertawa dapat membangkitkan hormon endorfin sehingga dapat
mengurangi stress dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hm,, jadi kalau
nggak mau sakit, kita bisa mencobanya dengan lebih banyak tertawa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ngomong-ngomong
soal tertawa, tidak di semua tempat atau lingkungan saya bisa tertawa lepas.
Saya menemukan diri saya dapat tertawa lepas di tempat les saya. Disana memang
kebanyakan teman saya lebih muda dari saya, beberapa masih berstatus pelajar,
mahasiswa, dan ada juga yang sudah bekerja. Saya sangat menikmati tertawa
bersama mereka. Saya merasa tak ada yang perlu saya takutkan untuk menertawakan
lelucon mereka atau bahkan menertawakan diri sendiri. Tidak ada yang salah jika
kita melakukan kesalahan atau kebodohan, just laugh it and you will be happy. Ketika
kita salah dan sekelas menertawakannya, justru kita akan lebih mudah
mengingatnya dan lebih mudah menghindari kesalahan itu di kemudian hari karena
kita akan selalu ingat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-4lmNQUiFcd4/U8Nkn8xUzOI/AAAAAAAAAEM/p6Mqye-3OTA/s1600/tertawa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-4lmNQUiFcd4/U8Nkn8xUzOI/AAAAAAAAAEM/p6Mqye-3OTA/s1600/tertawa.jpg" height="215" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Anak-anak
kecil, khususnya yang belum sekolah dapat tertawa sebanyak 350 kali dalam
sehari, wow, jumlah yang cukup mencengangkan. Sedangkan orang dewasa di
Inggris, rata-rata hanya tertawa sebanyak 7,2 kali sehari. Para ahli menganjurkan
untuk dapat memperoleh manfaat kesehatan dari tertawa, orang dewasa perlu
paling tidak tertawa sebanyak 15 kali sehari. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Jujur
saja, saya iri juga dengan anak-anak kecil yang masih memiliki kebebasan.
Banyak karakter anak-anak yang ingin tetap saya pertahankan. Selain sifat anak
kecil yang lebih mudah tertawa, saya juga suka kejujuran dan kepolosan seorang
anak kecil. Anak kecil juga selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
sehingga sering menanyakan hal-hal yang tak terduga. Itu adalah suatu cerminan
kreativitas dari otaknya. Sedangkan orang dewasa, justru cenderung apatis dan
malas bertanya karena mungkin semasa sekolah dulu tidak dibiasakan untuk
bertanya. Anak-anak juga tak pernah takut untuk bermimpi atau punya cita-cita
yang tinggi. Soal apakah itu terwujud atau tidak, itu urusan nanti. Yang
penting mereka bangga dan optimis dengan cita-cita mereka. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menjadi
tua itu pasti, namun menjadi dewasa adalah soal pilihan. Bukannya saya menolak
menjadi dewasa dan tetap ingin bersifat childish all the time, saya hanya ingin
menjadi dewasa tanpa harus kehilangan sisi-sisi positif dari anak-anak karena
saya masih ingin menikmati hidup layaknya anak-anak yang bermain. </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<o:p></o:p>coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-89242426165813351852014-06-20T20:23:00.002-07:002014-06-20T20:31:45.345-07:00Ketika Seorang Bos Bagai Iblis dari Neraka Menghancurkan Hidupmu<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Beberapa
hari yang lalu saya menghadiri kelas bahasa Inggris perdana saya dan hari itu
kami diajak untuk berdiskusi tentang film. Setelah bermain tebak judul film
dengan gambar, tibalah sang pengajar mulai bertanya pada kami mengenai film
favorit kami. Maka, secara sadar saya menjawab “The Devil Wears Prada”. Saya
cukup percaya diri menyebut judul film tersebut karena saya merasa film itu
memang cukup populer. Namun, ternyata tak satupun dari teman-teman saya atau
pengajar kelas itu yang familiar dengan judul film yang saya sebutkan itu. Saya
cukup kecewa karena tak mampu menjelaskan film tersebut secara utuh dalam
bahasa inggris. Maka, ijinkan saya untuk menulis review film tersebut dalam
bahasa Indonesia saja. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-R9d86tIuHTU/U6T5bzGtwoI/AAAAAAAAAD0/Ar2FfJ5S6tM/s1600/cover+the+devil+wears+prada.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-R9d86tIuHTU/U6T5bzGtwoI/AAAAAAAAAD0/Ar2FfJ5S6tM/s1600/cover+the+devil+wears+prada.jpg" height="212" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">The
Devil Wears Prada dirilis pada tahun 2006 dengan pemeran utama Anne Hathaway
yang berperan sebagai Andrea Sachs. Tokoh ini jugalah yang paling saya suka
dalam film ini dan membuat film ini menjadi begitu hidup. Tak cukup pemeran
utama, tokoh pendukung yang lain pun tak kalah peranannya sehingga melengkapi
nuansa komedi dalam film ini. Film ini bukan jenis film komedi yang akan
membuat penonton terpingkal-pingkal, tapi kekejaman Miranda dan perjuangan
Andrea menghadapinya akan membuat penonton tersenyum-senyum melihatnya. Sang
bos, Miranda Priestly yang diperankan oleh Meryl Streep sangat sukses membangun
karakter “devil” dengan kata-katanya yang lembut tapi menusuk. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Andrea
Sachs yang baru lulus dari Northwestern University bercita-cita menjadi seorang
jurnalis. Namun, dia justru melamar pada sebuah majalah fashion nomor satu di
Amerika bernama Runway. Dia bahkan tak mengetahui siapa <i>editor-in-chief </i>majalah tersebut, tak mengerti tentang <i>fashion</i>, dan tak menyadari bahwa jutaan
gadis lain begitu mendambakan pekerjaan yang dilamarnya. Di luar dugaan, nyaris
tanpa modal untuk bekerja di majalah fashion ternama, Miranda Priestly yang
sedang membutuhkan asisten kedua ternyata justru menerimanya hanya karena
Andrea mengatakan dia akan belajar dengan cepat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menjadi
asisten pribadi seorang Miranda Priestly memang sangat bergengsi, tapi
pekerjaan ini benar-benar membuat dunia Andrea jungkir balik karena tuntutan
yang sangat tinggi dari Miranda. Seluruh pegawai di majalah tersebut begitu
mengagungkan <i>fashion</i> dan nyaris
mengkultuskan Miranda layaknya tokoh “voldemort” dalam film Harry Potter.
Andrea yang hanya gadis awam fashion pada awalnya merasa tak perlu mengikuti
mode dan menjadi budak fashion seperti yang lain. Namun, melihat karirnya
terancam jika dia tidak berubah, akhirnya Andrea memutuskan untuk mengubah
penampilannya dan berusaha menjadi yang terbaik bagi Miranda Pristley dan
Runway. Berkat Nigel, seorang <i>art
director</i> Runway, Andrea mendapatkan produk-produk fashion yang dapat
dipakainya ke kantor. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Perubahan
drastis seorang Andrea ternyata membuat Miranda terkesan. Bahkan Miranda mulai
lebih percaya padanya daripada asisten pertamanya, Emily. Konflik terjadi
ketika Andrea harus memilih menggantikan
Emily yang sakit untuk menemani Miranda menghadiri fashion show di Paris atau
justru dia akan kehilangan pekerjaannya hanya karena rasa bersalahnya pada
Emily yang begitu mendambakan fashion show tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<em><span style="color: #222222; font-size: 12.0pt; font-style: normal; line-height: 115%; mso-bidi-font-style: italic;"> </span></em><em><span style="color: #222222; font-size: 12.0pt; font-style: normal; line-height: 115%; mso-bidi-font-style: italic;">Cerita
film ini terasa begitu tepat saya tonton karena saya juga pernah mengalami
kisah yang hampir sama dengan Andrea Sachs. Tentu bos saya tak sampai seekstrim
Miranda Priestly, tapi film ini begitu menginspirasi bagi saya dan membuat saya
yakin bahwa jika kita bisa menunjukkan kinerja yang terbaik di tempat kerja,
seorang bos yang </span></em><em><span style="color: #222222; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">killer </span></em><em><span style="color: #222222; font-size: 12.0pt; font-style: normal; line-height: 115%; mso-bidi-font-style: italic;">pun
akan memberi apresiasi. Pesan yang menurut saya penting juga adalah tentang
perjuangan kita meraih mimpi. Jika cita-cita dan idealisme kita tidak dapat
ditemukan di tempat kerja yang sedang dijalani, jangan pernah ragu untuk
meninggalkan pekerjaan yang bahkan diinginkan jutaan orang lain. Karena mereka
tak pernah tahu betapa berharga hal-hal yang harus dikorbankan hanya demi sebuah
</span></em><em><span style="color: #222222; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">prestige</span></em><em><span style="color: #222222; font-size: 12.0pt; font-style: normal; line-height: 115%; mso-bidi-font-style: italic;"> di masyarakat. Buat apa kita kehilangan
teman-teman dan keluarga hanya untuk kebahagiaan semu seperti itu?</span></em><br />
<div class="MsoNormal">
<em><span style="color: #222222; font-size: 12.0pt; font-style: normal; line-height: 115%; mso-bidi-font-style: italic;"><o:p></o:p></span></em></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<em><span style="color: #222222; font-size: 12.0pt; font-style: normal; line-height: 115%; mso-bidi-font-style: italic;"><br /></span></em></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<em><span style="color: #222222; font-size: 12.0pt; font-style: normal; line-height: 115%; mso-bidi-font-style: italic;">Tak hanya cerita dan pesan moral yang disampaikan
film ini yang menarik bagi saya, tapi juga kostum-kostum yang ditampilkan dalam
film ini. Berbagai merk fashion terkenal seperti</span></em><span class="apple-converted-space"><span style="background: white; color: #222222; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span></span><em><span style="color: #222222; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Prada</span></em><span style="background: white; color: #222222; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">,<em><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Hermes, Calvin Klein,
Jimmy Choo, Valentino, Dolce & Gabbana</span></em><span class="apple-converted-space"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> bersliweran dalam film yang berdurasi sepanjang
1 jam 49 menit ini. <i>Well</i>, saya juga
tak begitu paham mengenai fashion, tapi yang pasti dengan desain-desain baju
yang digunakan dalam film ini, The Devil Wears Prada berhasil mendapatkan nominasi
<i>Best Achievement in Costume Design</i>
dalam Oscar Awards. Pemeran Miranda Priestly, Meryl Streep juga berhasil
menyabet </span></span><em><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Best Actress Golden Globe Comedy/ Musical</span></em><span class="apple-converted-space"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></i></span><em><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></em><em><span style="font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 115%;">dan</span></em><em><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> nominasi best actress Oscar </span></em><em><span style="font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 115%;">melalui film ini</span></em><em><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">. <o:p></o:p></span></em></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: white; color: #222222; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><em><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></em></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-X51yuUvvXC4/U6T5lC9utiI/AAAAAAAAAD8/LizL8PVw9uk/s1600/novel+the+devil+wears+prada.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-X51yuUvvXC4/U6T5lC9utiI/AAAAAAAAAD8/LizL8PVw9uk/s1600/novel+the+devil+wears+prada.jpg" height="320" width="206" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: white; color: #222222; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><em><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></em></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: white; color: #222222; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><em><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></em></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: white; border: none windowtext 1.0pt; color: #222222; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Film yang diangkat</span><span style="background: white; border: none windowtext 1.0pt; color: #222222; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;"> dari novel berjudul sama karya Lauren
Weisberger ini dipercaya merupakan pengalaman pribadi sang penulis saat menjadi
asisten<span class="apple-converted-space"> </span></span><span style="background: white; border: none windowtext 1.0pt; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;"><a href="http://http/www.biography.com/people/anna-wintour-214147" sl-processed="1"><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Anna Wintour</span></a><span style="color: #222222;">, <em>editor- in- chief </em>majalah <em>Vogue.
</em><em><span style="font-style: normal; mso-bidi-font-style: italic;">Buat
pembaca yang belum menonton film ini atau puny abos yang kelewat menjengkelkan,
saya rekomendasikan untuk menonton film ini.</span></em></span></span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></i></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-84439531528563485192014-05-30T03:50:00.000-07:002014-05-30T03:50:48.499-07:00Iri yang Bermata Dua<br />
Kali ini saya ingin menulis tentang iri. Perasaan iri merupakan perasaan yang berpotensi menjadi sesuatu yang bernilai positif, namun juga bisa memunculkan hal-hal negatif. Tergantung bagaimana kita mengelolanya. Ibarat pedang, rasa ini mampu melukai diri sendiri dan orang lain, tapi jika kita mampu menggunakannya dengan baik, dapat menghadirkan kemenangan bagi kita. <br />
<br />
Jujur, saya juga sering iri. Bukankah iri adalah perasaan yang sangat manusiawi? Mungkin iri yang paling sering kita alami adalah iri pada orang-orang yang berada di dekat kita, seperti teman, tetangga, atau bahkan saudara sendiri. Saya juga sering iri dengan adik saya. Saya dan adik saya hanya terpaut 2 tahun 4 bulan. Kami sama-sama perempuan, jadi wajar jika saya kadang merasa dia adalah rival saya di rumah. Hahaha. Sebenarnya saya punya 3 adik, tapi yang sering membuat iri hanyalah adik yang paling besar ini. Hahaha. <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-TK0JAhKVuhw/U4hh7qcRxEI/AAAAAAAAADk/7AWoSQVB3Z0/s1600/aku+dan+dini.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-TK0JAhKVuhw/U4hh7qcRxEI/AAAAAAAAADk/7AWoSQVB3Z0/s320/aku+dan+dini.jpg" /></a></div><br />
Saya tahu, setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Termasuk saya dan adik saya. Adik saya pun pernah mengakui bahwa dia tidak suka berada di balik bayang-bayang saya. Hal yang paling mudah diamati, adalah soal pendidikan. Dari kecil, kami selalu disekolahkan di tempat yang sama. Meskipun lokasinya mungkin tidak selalu sama, tapi institusinya sama. Selama SD, saya selalu mendapat nilai yang baik. Semasa SD dulu kami sudah dikotak-kotakkan dengan rangking kelas. Anak-anak yang pintar berada di kelas A, kemudian berikutnya di kelas B, dan seterusnya sampai ada 6 kelas (angkatan saya). Dari sini saja sudah terlihat bahwa saya selalu berada di kelas A, sedangkan adik saya di kelas yang lebih rendah. Jujur, saya tak pernah ambil pusing soal pelajaran di sekolah, saya adalah siswa yang malas belajar. Dan bagai terlena dengan pencapaian saya, maka saya pun santai-santai saja. Sampai akhirnya saya ujian kelulusan di kelas 6. Ya, saya lulus, tapi nilai saya biasa saja. Dua tahun kemudian, adik saya pun lulus SD juga, tapi dia termasuk sepuluh siswa dengan nilai tertinggi di sekolahnya. Lantas, saat hari wisudanya, dia dipanggil ke depan dengan 9 orang lainnya dan mendapat hadiah dari sekolah. Saya akui, tak mudah bagi adik saya untuk mendapatkan nilai yang tinggi seperti itu. Dia selalu dipaksa belajar oleh orangtua saya agar bisa lulus dengan nilai baik dan dia berhasil membuktikan bahwa dia bisa. <br />
<br />
Setelah lulus SD, adik saya pun diterima di SMP yang sama dengan saya. Saat SMP ini, saya mengikuti program akselerasi, yaitu pendidikan SMP yang seharusnya 3 tahun ditempuh hanya dalam 2 tahun saja. Adik saya pun ingin mengikuti jejak saya, dia juga mendaftar program akselerasi. Namun, hasil tes psikologinya ternyata tidak merekomendasikan dia untuk mengikuti kelas akselerasi ini. Jadilah adik saya masuk kelas regular saja. Disitu, lagi-lagi adik saya merasa “kalah” dari saya. Namun tak mengapa, adik saya tetap dapat menjalani hari-hari SMP nya dengan ceria. Usai mengenyam pendidikan SMP nya, adik saya kemudian melanjutkan sekolah ke SMA negeri. Orangtua saya pun berharap adik saya dapat mengikuti saya bersekolah di SMA yang katanya Teladan di Jogja. Namun ternyata adik saya berhasil diterima di SMA negeri yang lebih dekat rumah, SMA 8 Yogyakarta. Secara akademis, SMA 8 memang rangkingnya di bawah SMA 1 Yogyakarta, meskipun keduanya sama-sama menjadi SMA negeri favorit di Jogja. <br />
<br />
Adik saya menyadari bahwa secara akademik, dia hampir tidak dapat mengalahkan saya yang pemalas ini. Mungkin dulu waktu kecil pun dia pernah iri pada saya yang tidak pernah disuruh belajar oleh orangtua, sementara dia selalu diawasi belajarnya, bahkan di saat menjelang ujian, biasanya bapak saya akan “memingit” adik saya, dia tidak boleh main dengan teman-temannya, harus belajar di rumah dan ditunggui. Hahaha. Sungguh lucu dan ironis rasanya ketika di saat yang sama saya justru “cemburu” dengan perhatian orangtua saya pada adik saya. Saya justru merasa tidak pernah diperhatikan oleh orangtua saya. Bahkan kadang saya merasa orangtua saya juga tidak peduli bagaimana nilai rapor saya. Karena tidak pernah dibahas setelah menerima rapor dari sekolah. Akhirnya saya merasa tidak perlu “ngoyo” belajar dan belajar pun males-malesan. <br />
<br />
Kebiasaan saya semasa sekolah ini terbawa sampai kuliah. Saya kuliah males-malesan. Akhirnya IP pertama saya cukup memalukan dan mengecewakan diri saya sendiri. Selama 4 tahun kuliah, saya tak pernah mendapat IP cumlaude. Hal yang sebenarnya cukup saya sesali. Sementara adik saya yang sudah terbiasa belajar keras selama sekolah untuk mengejar ketertinggalannya dengan saya, justru kuliahnya mulus-mulus saja. IP pertamanya cukup memuaskan dan bahkan dia beberapa kali berhasil mendapatkan beasiswa selama kuliah. Padahal adik saya termasuk mahasiswa yang cukup sibuk di kampus karena mengikuti berbagai organisasi dan kegiatan di kampusnya, mulai dari BEM, mapala, sampai part time di koperasi mahasiswa. Sungguh saya salut dengan adik saya ini. <br />
<br />
Pencapaian-pencapaian yang diraih adik saya selalu membuat saya bangga sekaligus iri. Saya yang dari dulu selalu merasa lebih unggul, kini perlahan mulai dikalahkan. Rasa iri saya kepada adik saya juga termasuk kepada pengalaman-pengalamannya untuk bepergian ke luar pulau. Adik saya ini sudah melanglang buana sampai ke negeri gajah putih, Thailand, mendaki gunung Tambora di Nusa Tengggara Barat, dan tahun ini berencana akan KKN (kuliah Kerja Nyata) di kepulauan Natuna, Riau. Sedangkan saya harus puas dengan KKN di negri atas langit, kawasan wisata yang cukup indah, dataran tinggi Dieng Jawa Tengah dan dengan bonus seminggu merasakan panasnya Makassar secara gratis dan berkesempatan berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswa dari seluruh Indonesia dalam ajang bergengsi bernama “PIMNAS”.<br />
<br />
Saya juga iri karena adik saya ini bisa menabung dari hasil kerja part time nya sehingga bisa membeli HP android sendiri. Sedangkan saya, meskipun saya juga kerja freelance sebagai pengajar les privat Matematika SMP dan sebagai content writer di sebuah website, saya selalu sukses menghabiskan penghasilan saya dalam sekejap sebelum sempat ditabung, hahaha.<br />
<br />
Adik saya adalah orang yang meskipun apatis, namun dia masih punya harapan dan mau mengusahakannya. Sedangkan saya adalah manusia apatis murni yang akan sangat malas bergerak untuk memperjuangkan sesuatu. Itulah kenapa adik saya ini sering tak melibatkan saya jika punya rencana-rencana baru. Kalau saya protes, dia akan bilang “Habis kamu apatis sih, orangnya. Ngapain ngajak kamu, pasti kamu nggak mau.”, hahaha… Itu juga salah satu hal yang saya iri dari dia, kepercayaan dirinya untuk melakukan sesuatu dan mengatakan sesuatu secara blak-blakan.<br />
<br />
Di balik segala rasa iri saya pada adik saya, saya pun bersyukur karena punya adik seperti itu. Karena dengan adanya dia, saya juga menjadi terpacu untuk selalu membenahi diri, untuk merasa malu jika saya tak mampu menjadi contoh yang lebih baik bagi adik saya. Dari pengalaman ini, saya pun belajar, bahwa kesuksesan itu bukan takdir atau bawaan lahir. Kesuksesan adalah proses yang terus menerus dilakukan. Apa gunanya kecerdasan jika tidak diasah dan dipergunakan dengan baik? Batu yang keras pun jika terkena tetesan air secara kontinyu akan menjadi berlubang. Begitu juga dengan nasib kita, meskipun betapa kerasnya hidup ini, jika kita berusaha terus, maka nasib kita akan berubah. Orang pintar yang tak pernah berlatih akan dikalahkan oleh orang bodoh yang terus berlatih. Orang berbakat yang tak pernah mengasah bakatnya juga akan kalah oleh orang yang biasa-biasa saja tapi terus belajar dan mengasah kemampuannya. Manusia memang tak pernah puas, adik saya bilang “rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau”, itulah yang membuat manusia selalu iri pada orang lain. Ada kalanya iri itu menjadi motivasi bagi kita, namun ada kalanya juga kita harus bersyukur dengan coba memandang rumput rumah kita dari teras orang lain. Mungkin akan terlihat lebih hijau juga?<br />
<br />
coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-90085913139457679752014-05-23T20:19:00.001-07:002014-05-23T20:19:37.762-07:00Tentang Keluar dari Zona Nyaman<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-NIXL9WY8Gbg/U4APvXMWZnI/AAAAAAAAACU/QqtaljgFIRU/s1600/StepOutComfortZone.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-NIXL9WY8Gbg/U4APvXMWZnI/AAAAAAAAACU/QqtaljgFIRU/s320/StepOutComfortZone.jpg" /></a></div><br />
Mungkin saya sudah terlalu lama bergelung dalam comfort zone saya. Selalu memasuki lingkungan yang sudah “settle” membuat saya menjadi pasif dan merasa sudah berada di tempat yang aman. Dari masa sekolah sampai kuliah saya selalu merasakan menuntut ilmu di tempat yang kata orang-orang sih, bagus. Belajar di tempat yang seperti itu membuat saya tak perlu repot-repot memperjuangkan sesuatu. Saya menjadi anak yang manja. Sistem sudah tertata dengan baik. Pun jika ada sesuatu yang perlu dibenahi, pastilah ada pihak yang akan memfasilitasi, misalnya bagian advokasi BEM. <br />
<br />
Sejujurnya saya juga tak benar-benar puas dengan semua sistem atau kurikulum di sekolah atau kampus saya dulu. Masih ada saja yang kurang atau bahkan tidak sesuai dengan hati nurani saya. Tapi tak mengapa, saya masih bisa mentoleransinya. Sampai saya lulus dan akhirnya bekerja di Jogja pun, saya kembali memasuki sebuah perusahaan yang sudah ternama dan memiliki sistem manajemen yang mapan. Namun kini, ketika saya harus merantau dan memasuki lingkungan baru di kota lain, saya merasa saya memasuki sebuah tempat usang yang masih dibangga-banggakan tapi sekaligus dicaci maki oleh customernya.<br />
<br />
Saya tak habis pikir, tempat yang secara fisik setengah tua-setengah baru ini mampu menyerap bermilyar-milyar rupiah setiap tahunnya namun saya tak melihatnya sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi. Maksud saya, sebagai orang awam, jika tak mendapat informasi dari orang-orang setempat, mungkin saya tidak akan memilih tempat ini sebagai pilihan saya. Saya adalah tipe orang yang mementingkan kenyamanan tempat. Bagi saya, desain interior memainkan peranan penting bagi calon customer. Jika saya nyaman dengan bangunan dan petugasnya, maka saya akan lebih memilih tempat tersebut dibanding tempat lain yang terlalu biasa. Hahaha. Mungkin saya tidak mengaplikasikan pepatah “Don’t judge a book by it’s cover” dalam memilih tempat pelayanan.<br />
<br />
Intinya tempat ini bukanlah zona nyaman lagi bagi saya. Ada begitu banyak sistem yang saya rasa perlu banyak diubah disini. Dan itu menjadi tantangan bagi saya untuk menaklukkan tempat ini menjadi sebuah zona nyaman bagi saya. coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-548919248823503892014-05-23T20:14:00.001-07:002014-05-23T20:14:44.916-07:00Nightmare in the morning<br />
Seperti biasa, pagi selalu terasa mengantuk bagiku. Tak terkecuali pagi ini. Tapi kali ini rasanya lebih kuat rasa kantuk ini menyerang. Beruntung, hari ini aku tak harus pagi-pagi berangkat kerja. Setelah membaca kumpulan karya Dee yang baru aku beli minggu lalu, aku pun memutuskan untuk tidur lagi. Hm, masih pukul 9 pagi. Aku begitu mudahnya melepas kesadaranku dan terbang ke alam mimpi. Sedikit ganjil bagiku yang biasanya tak semudah itu jatuh tertidur kecuali ketika berkendaraan jarak jauh dengan bus atau kereta.<br />
<br />
Aku lupa bagaimana awalnya. Dalam tidur singkatku itu aku bermimpi. Mimpi yang bagiku tak biasa. Ada sesosok pria tua dengan wajah lusuh. Tampak sedikit lebam pada lingkar mata kirinya seperti bekas dipukuli atau mungkin jatuh kemudian memar. Aku tak pernah tahu bagaimana wajah utuhnya karena aku hanya melihatnya dari samping. Aku tak tahu dimana tempat itu, tapi asumsiku saat itu dia duduk di depan kamarku menghadap ke jendela. Entah kenapa dalam mimpi, kita seperti dipaksa untuk meyakini seseorang, suatu tempat, atau sesuatu yang lain merupakan sesuatu yang kita kenal dalam hidup kita meskipun kita tahu benar bahwa sesuatu itu sama sekali tak seperti aslinya. Mungkin produser film mimpi kita gagal mengaudisi pemeran yang pantas memerankan tokoh tersebut atau gagal menemukan lokasi yang tepat untuk adegan film tersebut sehingga terpaksa hanya menggunakan apa yang ada saja. Memangnya ada produser mimpi, sutradara, atau pemeran mimpi? Hahaha. Aku juga tak tahu. Aku hanya penonton dari tayangan gratis bernama mimpi. Jadi, lebih baik aku nikmati saja sajian gratis ini.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8NyDECxtyKg/U4AOhitd6ZI/AAAAAAAAACE/fNuaV3tlWQ8/s1600/common-nightmare.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8NyDECxtyKg/U4AOhitd6ZI/AAAAAAAAACE/fNuaV3tlWQ8/s320/common-nightmare.jpg" /></a></div><br />
Di bawah kursi pria itu, ada sisa-sisa entah makanan, entah serpihan kayu yang tersebar dan mengotori lantai dan kursi. Aku lupa persisnya. Satu lagi keajaiban mimpi, mimpi bisa terasa begitu nyata saat kita tidur. Bagaikan menonton film 3 dimensi atau 4 dimensi di bioskop- bioskop kesayangan Anda. Oh, apakah Anda menyayangi sebuah bangunan besar berisi kursi-kursi dan layar lebar? Mungkin iya, mungkin juga tidak, dengan kata lain : bisa jadi. Namun, ketika terbangun, saat itulah kita tercerabut dari mimpi dan kembali ke dunia nyata. Mimpi langsung hilang seketika. Hilang pula dari ingatan. Karena itulah aku langsung memutuskan untuk menuliskan kisah ini sebelum aku melupakan detail dan rasa yang aku alami dalam mimpi yang tak biasa ini. Pria itu membersihkan serpihan-serpihan dengan tangannya. Dengan takut-takut, aku membantunya membersihkan serpihan-serpihan itu. Bahkan aku mengambil serpihan yang menempel di lengannya yang berbulu. Uh aneh sekali sensasi yang kurasakan saat itu. <br />
<br />
Film masih berlanjut. Aku pergi menjauh. Kembali ke kamar. Mungkin mencari tempat yang nyaman dan menghindar dari pria aneh dan misterius itu. Aku membuka smartphone ku. Ada nomor tak dikenal yang mengirim sesuatu. Aku buka, rupanya video. Ada beberapa rekaman video yang membuatku terkejut dan semakin menambah kelamnya mimpiku pagi itu. Video-video tersebut memperlihatkan hewan yang paling aku benci di dunia : ular! Ya, ular hidup yang sedang merayap-rayap seperti sewajarnya seekor ular. Tapi kemudian ada yang membuatku terkesiap dan semakin takut, ular ini merambat di atas sprei tempat tidur berwarna biru muda bermotif, entah motif apa, yang jelas warna biru muda itu menyerupai warna sprei kasurku saat itu. Aaaaarrrggghhhh. Seketika aku merasa di atas kasurku ada seekor ular yang bersembunyi di bawah sprei. Aku bergidik ngeri. Awalnya terlihat jelas bentuknya, namun lama-lama hanya tampak sprei biru bergerak-gerak, kemanakah sang ular? Ajaibnya, sang ular seolah-olah memiliki kemampuan mimikri layaknya bunglon. Iya, dia masih ada disitu dan merayap seperti biasa, hanya saja warnanya yang semula cokelat bercorak kulit ular telah berubah menjadi biru muda persis seperti sprei. Whoaa.. Ular macam apa ini? Dalam kepanikan, aku lupa apa yang terjadi selanjutnya. <br />
<br />
Aku hanya ingat aku berlari ke sebuah tempat seperti loteng untuk menyimpan sesuatu. Dan saat aku membuka pintunya, betapa terkejutnya aku melihat seekor ular-bunglon yang aku tonton videonya tadi nyata-nyata ada di hadapanku. Ular itu tubuhnya melingkar di ruang yang sempit itu seolah tersenyum mengejek “Hei, aku yang kamu tonton di hapemu tadi”. Aku tak tahu darimana aku tahu, tapi pikiranku saat itu adalah bahwa sang ular merupakan ular milik pria misterius tadi. Aku ketakutan, aku tak berani menutup pintu ruangan kecil itu karena sang ular mulai merayap keluar, aku takut mendekat, tapi jika aku tak menutupnya, aku tau ular itu akan bisa menuju kamarku. Tak tahu lagi harus bagaimana, aku langsung berlari turun dan kembali ke kamar.<br />
<br />
Nafasku belum seutuhnya stabil kembali. Masih terengah-engah dan jantung berdegup tak karuan. Badanku rasanya lemas tak berdaya. Tiba-tiba terdengar ada orang memanggilku dari luar. Aku buka pintu, tampak seorang perempuan asing memakai kerudung. Perempuan tua yang tampaknya tak meyakinkan, seperti hanya seorang ibu-ibu di pasar yang kesasar mencariku. Entah dia siapa, dia bersama beberapa orang lain yang juga tak aku kenal. Dia menawarkan bantuan. Dia seolah tahu ketakutanku. Padahal aku tak pernah bercerita pada siapapun tentang ketakutanku. Dia menawarkan sebuah terapi untukku. Bagaikan seorang sales yang berjualan door to door, perempuan ini membujukkku untuk mengikuti programnya. Tapi aku masih tak paham. Aku semakin takut. Aku tak tahu siapa mereka. Aku terus mendesaknya untuk mengatakan darimana dia tahu tentang aku dan apa yang seseungguhnya dia maksud dengan terapi bagiku. Aku masih tak percaya padanya. Dalam kondisi yang semakin absurd bagiku, suaraku semakin sulit keluar. Yang kutahu, perempuan itu kemudian mengaku bagaimana ia bisa tahu namaku dan bahkan nomor hapeku. Dialah yang mengirim video-video ular tadi. Sehelai kertas tampak ia tunjukkan. Ah, apa itu? GMC? Aku melihat logo itu dan mengenalinya sebagai tempatku dulu berkuliah. Kapan aku pernah mengatakan rasa takutku pada lembaga konsultasi itu? Aku tak pernah ingat. Dan aku semakin takut karena mereka benar-benar punya akses ke dalam kehidupan pribadiku. Aku bertanya pada mereka, siapa yang membukakan pintu rumah sehingga mereka bisa masuk. Aku tak menangkap jelas apa jawaban mereka karena aku langsung berlari mencari tangga untuk turun yang entah dimana tangganya. Lokasi ini bukanlah lokasi yang kukenali, yang setiap hari kutinggali. Aku berlari dan berteriak-teriak putus asa dengan sisa-sisa suaraku yang semakin sulit untuk dikeluarkan, memanggil seseorang yang menurut pikiranku seharusnya berada disini “Yuuuuuuuukkk…. Yuuuuuuuukkk…” <br />
<br />
Aku tak berhasil menemukan siapapun. Aku sadar ini hanya mimpi, maka aku ingin mengakhirinya. Aku ingin membuka mataku, tapi tak bisa. Bahkan seolah-olah ada orang yang membekapkan kedua tangannya pada kedua telingaku sehingga aku sulit mendengar. Aku terus berjuang untuk bangun. Meski sulit, tapi akhirnya aku berhasil terbangun dan keluar dari zona mimpi yang begitu menyeramkan. Aku melihat jam, pukul 10 pagi. Sungguh, film berdurasi 1 jam itu cukup sebagai nightmare di pagi hariku hari ini. Tak ingin kehilangan memori dan sensasinya, karena bagiku ini hanyalah tontonan gratis, aku anggap saja kali ini tiket nonton yang aku dapatkan genrenya horror dan 4 dimensi pula, maka aku menuliskannya. coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-74875064953242338772014-05-23T19:53:00.000-07:002014-05-23T19:53:41.756-07:00Rindu PerpusKecewa pada layanan publik tak melulu harus diungkapkan di surat kabar. Saya cukup menuliskannya di blog pribadi saya. Mungkin apa yang saya tulis tak akan sampai kepada pihak yang dimaksud. Tapi tak mengapa karena tak selamanya menulis itu mengharapkan respon dari orang lain. Justru kemerdekaan menulis adalah kebebasan mengeluarkan pikiran dan isi hati sekaligus memuaskan diri sendiri.<br />
<br />
<br />
<br />
Saya termasuk orang yang suka membaca buku. Apapun yang menarik bisa saya baca meskipun lebih didominasi oleh buku-buku golongan novel, buku-buku pengembangan diri, dan buku-buku kesehatan. Sebagai upaya untuk memuaskan hasrat saya akan buku tapi tetap menghemat, biasanya saya memilih meminjam buku ketimbang membelinya. Bisa pinjam dari teman atau perpustakaan. Saya sejak awal kuliah menjadi anggota yang kerap mengunjungi tempat bernama perpustakaan terutama di saat selo dan ingin mencari hiburan atau inspirasi. Di kota kelahiran saya, Jogja, dimana saya tinggal hamper selama 23 tahun, ada satu perpustakaan favorit saya, yaitu perpustakaan kota Yogyakarta. Letaknya sangat strategis, di daerah kotabaru yang terdapat banyak sekolah, baik sekolah dasar, menengah pertama, maupun menengah atas. Wilayah itupun takjauh dari kampus saya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-Bs3bpOFkdq0/U4AJBEff3dI/AAAAAAAAAB0/Oa0PRfcQAio/s1600/perpustakaan-yogyakarta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-Bs3bpOFkdq0/U4AJBEff3dI/AAAAAAAAAB0/Oa0PRfcQAio/s320/perpustakaan-yogyakarta.jpg" /></a></div><br />
<br />
<br />
<br />
Ketika pertama kali mendaftarkan diri sebagai anggota disana, tempat itu masih biasa saja. Tak begitu banyak pengunjungnya. Ruang baca yang terletak di lantai 2 meskipun tak begitu besar, tapi nyaman dan koleksi bukunya cukup menarik bagi saya. Bukan tipikal buku-buku lama kusam macam perpustakaan sekolah atau kampus. Buku-buku populer yang tergolong baru pun bisa ditemukan disini. Saya cukup setia menjadi pengunjung perpustakaan hingga lulus kuliah meskipun frekuensi kunjungan saya semakin lama semakin berkurang karena kesibukan saya dan karena perubahan di tempat itu. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Perubahan yang terjadi sebenarnya adalah perubahan yang positif karena tempat itubenar-benar disulap menjadi sebuah dynamic library.Perpustakaan yang tak hanya menyediakan buku-buku untuk dipinjam, tapi juga menyediakan fasilitas wi-fi gratis dan menyelenggarakan banyak kegiatan menarik untuk berbagai usia yang diselenggarakan bekerja sama dengan berbagai pihak. Selain itu, perpustakaan ini juga mendesain tempat ini menjadi tempat yang modern dengan gazebo-gazebo di halamannya. Gazebo-gazebo ini dapat menjadi tempa diskusi, belajar bersama, atau sekadar berselancar di dunia maya dengan laptop pribadi. Dengan segala perubahan itu, maka perpustakaan ini menjadi begitu hidup, menarik, dan semakin banyak pengunjung. Dampak terakhir inilah yang membuat saya akhirnya merasa kurang nyaman berkunjung dan berlama-lama disana lagi karena tempat ini menjadi terlalu ramai, terlalu banyak orang, sehingga kekhusyukan saya menyelami buku menjadi sedikit terganggu. Bagi saya, membaca buku atau menulis enaknya di tempat yang sepi sehingga kita bisa berkonsentrasi dan merasa punya privasi karena kedua proses kegiatan tersebut sejatinya adalah kegiatan yang bersifat personal.<br />
<br />
<br />
<br />
Yah, jujur saja, saya merindukan perpustakaan itu. Perpustakaan yang dapat saya kunjungi ketika saya galau, ketika saya merasa butuh bacaan, atau ketika saya harus menghabiskan waktu untuk menunggu kegiatan saya berikutnya dalam waktu yang nanggung untuk pulang kerumah. Kini, ketika saya menjalani hidup saya di kota yang baru, saya pun mencari tempat yang seperti itu. Saya menemukan sebuah perpustakaan daerah di kota Jember. Saya pun mengunjungi tempat ini. Dari luar, tempat ini cukup menarik, setidaknya tak tampak seperti perpustakaan kampus yang biasanya hanya datangi saat mengerjakan tugas atau mencari referensi untuk skripsi.Saya pun masuk ke dalam. Tak ada petugas yang menyapa saya. Saya pun bertanya apakah saya harus meletakkan tas saya di loker. Tampak banyak petugas disana, tapi tampaknya mereka hanya mengobrol, membaca koran, dan entah apalagi yang mereka lakukan. Saya kemudian sibuk melihat koleksi buku di perpustakaan itu. Lucunya adalah ketika saya melihat buku-buku di rak yang bertanda “teknologi informasi”, ternyata di rak tersebut juga terdapat novel-novel. Hahaha.Wah, apa gunanya dong pengkategorian yang sudah dibuat kalau ujung-ujungnya buku-bukunya juga nyampur-nyampur gitu? Susah juga kan kalau mau nyari buku yang dimaksud? Hmm,,oke, saya tak terlalu ambil pusing soal itu. Bagi saya, jika disana menyediakan buku-buku yang menarik bagi saya dan saya boleh meminjamnya, itu sudah cukup.<br />
<br />
<br />
<br />
Saya menemukan beberapab uku yang menarik dan berminat untuk meminjamnya. Lantas saya bertanya bagaimana caranya untuk mendafta rmenjadi anggota perpustakaan pada petugas. Ternyata saya harus menerima jawaban yang sangat mengecewakan. Petugas tersebut mengatakan bahwa untuk mendaftar sebagi anggota diperlukan KTP Jember. Tentu saja saya tak punya benda itu. Saya bukan orang Jember, KTP saya adalah KTP Jogja. Saya masih berusaha dengan bertanya apakah boleh jika saya menggunakan KTP orang lain dan ternyata tidak. Itupun belum ditambah persyaratan lain, jika statusnya pelajar, maka harus diketahui oleh pihak sekolah, jika karyawan, harus diketahui instansi tempatnya bekerja, dan untuk umum, harus diketahui oleh RT/RW. Hahaha. Well,, sayabenar-benar tidak mengerti apa alas an atau pertimbangan peraturan tersebut. Setahu saya untuk menjadi anggota perpustakaan di Jogja, syaratnya sederhana dan tidak ada syarat ber-KTP jogja. Cukup tunjukkan kartu identitas, foto, dan gratis. Kartu anggota langsung jadi dan langsung dapat meminjam buku. Very simple. Kenapa perpustakaan yang ini ribet banget?<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Saya merasa aturan itu sungguh konyol. Saya rasa semua orang punya hak yang sama untuk membaca, tak peduli dia berasal dari daerah mana. Saya rasa minat seseorang untuk membaca dan menjadi anggota perpustakaan adalah hal yang tidak ada hubungannya dengan pihak sekolah, tempat kerja, apalagi RT/RW. Itu adalah suatu pilihan yang dibuat seseorang untuk memuaskan hasratnya akan membaca atau menekuni hobinya di bidang baca-tulis. Sungguh konyol jika saya yang ingin menambah wawasan dan ilmu dihalang-halangi hanya karena daerah asal saya. Hahahaha…<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sebagai kota yang banyak perantaunya, seharusnya Jember menyadari bahwa akan banyak mahasiswa yang berasal dari luar daerah dan mereka berpotensi menjadi “pasar” perpustakaan ini. Selayaknya di era globalisasi ini hal-hal yang berbau kedaerahan ditinggalkan, maksud saya tanpa meninggalkan budaya daerah yang perlu dilestarikan. Di jaman yang semua orang mengharapkan segala sesuatunya serba cepat dan instan, saya rasa perpustakaan yang tidak cepat tanggap dan berbenah diri akan ditinggalkan masyarakat. Kemudian saya tak heran jika perpustakaan itu sepi dan tak seramai perpustakaan Jogja. Kalau sekadar mau jadi anggota aja ribet, yah ngapain repot-repot? Padahal bagi sebagian orang, punya kemauan untuk membaca atau sekadar mengunjungi perpustakaan saja sudah merupakan hal yang perlu diapresiasi. Baiklah jika memang begitu peraturannya, tak mengapa. Saya masih diperbolehkan membaca disana dan saya masih akan mencari tempat lain yang bisa memberikan kepuasan dan bukan kekecewaan seperti ini.<br />
coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-26397967845199142712013-07-15T06:14:00.005-07:002014-05-23T20:35:47.440-07:00Siapa sih Apoteker?<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-JoAQlyG683A/U4ATf0wVXCI/AAAAAAAAACg/2GG0F6DhB3Y/s1600/apoteker.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-JoAQlyG683A/U4ATf0wVXCI/AAAAAAAAACg/2GG0F6DhB3Y/s320/apoteker.jpg" /></a></div><br />
Oke, ini cerita pahlawan versi saya. Ada yang pernah denger apa itu apoteker? Weheee, pasti pernah dong ya, masa gak pernah sih, kasian banget, hehehe. “Menurut Kepmenkes Nomor 1027 tahun 2004, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.” Definisi itu masih terasa abstrak ya? Yaudahlah gak usah dipusingin, kita lanjut aja. Jadi, apoteker itu kerjaannya apa sih? Hmm.. jaga apotek kalik. Ya,ya,ya, gak salah juga sih jawabannya, tapi kurang tepat aja. Sebagai calon apoteker, kadang saya kesel juga kalo orang-orang taunya apoteker ya cuma jaga apotek, hehehe. Padahal apoteker kan cakupannya luas banget. Menurut kepmenkes tadi kan udah jelas ya, apoteker itu adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah, jadi walaupun dia ga jaga apotek, dia tetep apoteker lho selama memenuhi kriteria itu. <br />
<br />
<br />
Nah, apoteker-apoteker tadi boleh kerja di industri farmasi, di apotek, di rumah sakit, di klinik, di departemen kesehatan, di badan POM (pengawas obat dan makanan), di puskesmas, atau dimanapun dia mau. Kalau gak mau kerja di bidang farmasi juga boleh kok, tapi kalau udah disumpah, ya brati dia tetep apoteker, ya ga? Toh di belakang namanya juga ada embel-embel “S.Farm, Apt.” That means she or he is a pharmacist alias apoteker. Terus hubungannya sama pahlawan apa? Nah kalo ini, mungkin akan menjadi semacam curcol kegalauan mahasiswa farmasi tingkat akhir, hahaha. I think the pharmacy world needs some hero. Farmasi membutuhkan sosok pahlawan macam R.A. Kartini bagi wanita. Dulu wanita begitu tertindas, gak boleh sekolah, harus jadi konco wingking bagi para pria, dan sebagainya, dan sebagainya. <br />
<br />
Nah, apoteker saat ini kondisinya juga mirip mirip seperti itu, yang cuma menjadi konco wingking dokter, upps.. hahaha, maksud saya apoteker tidak dikenal oleh masyarakat, apoteker cuma disuruh meracik obat, menggerus tablet-tablet dengan mortir dan stamper (yang kayak cowek sama munthu itu loohh), cuma bisa manut dokter, cuma digaji pas-pasan, dan cuma cuma yang lain. Inget gak dulu waktu masih kecil, kalo ditanya orang “cita-citamu apa?” pada jawab apa? Ada yang jawab dokter, polisi, pilot, guru, artis, apapun lah. Tapi ada gak yang jawabnya “apoteker”? hahaha, kayaknya gak ada ya, tau juga enggak. Itulah, profesi-profesi lain yang berhubungan langsung dengan masyarakat dikenal oleh anak-anak, tapi mengapa apoteker tidak? Ini merupakan buah yang dipetik dari apa yang ditanam. Kenyataanya apoteker itu memang “cuma” kok, cuma pajang nama doang di papan depan apotek, cuma datang sekali-sekali ke apotek, cuma jualan obat, tapi gak pake ilmu farmasi. Soo, jangan heran kalau pada akhirnya apoteker ini semacam tidak dianggap, baik oleh masyarakat maupun dokter. <br />
<br />
<br />
Sungguh miris ketika saya membaca tulisan di blog seorang apoteker yang berjudul “Gerakan : JANGAN MASUK FARMASI!!!”, si penulis blog mengeluhkan apa yang sudah dia korbankan selama ini tidak sebanding dengan apa yang didapatkan ketika menjadi apoteker. Kuliah 5 tahun dengan praktikum bejibun dan beban kuliah yang berat hanya dibayar dengan gaji pas-pasan. Belum lagi ada Uji kompetensi apoteker yang harus diikuti secara berkala. Setelah lolos dan mendapat sertifikat, seorang apoteker masih harus menjalani uji ini lagi beberapa tahun kemudian agar tetap diakui kompetensinya. Dan yang paling mengerikan adalah uji kompetensi ini mengharuskan seorang apoteker membayar sekitar satu juta rupiah atau lebih. Yang lebih parah lagi, gosipnya uji kompetensi ini belum disahkan oleh BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). BNSP merupakan badan independen yang bertanggung jawab kepada Presiden, dan bertugas menyelenggarakan sertifikasi kompetensi profesi bagi tenaga kerja, dalam rangka pengembangan SDM berbasis kompetensi. Lalu bagaimana apoteker yang ideal itu? Idealnya, seorang apoteker itu menjalankan apa yang disebut dengan pharmaceutical care. Wew, rada berat ni kayaknya.<br />
<br />
Konsep lama farmasi adalah product oriented, artinya hanya berfokus pada produk alias obat. Namun, sekarang, paradigma baru tak hanya sekedar product oriented, tapi juga patient oriented alias berfokus pada pasien. Patient oriented membuat apoteker harus banyak belajar mengenai penyakit dan tata cara pengobatannya. Itu semua ada dalam mata kuliah dan praktikum farmakoterapi yang kalau di kurikulum yang saya jalani totalnya ada 15 SKS. Ngapain aja 15 SKS? Tentunya jumlah penyakit di dunia ini sangat banyak, kawan, bahkan 15 SKS pun masih sangat kurang untuk membahas semuanya. Paling tidak, kami tahu dasarnya dan tahu bagaimana cara mencari referensi saat membutuhkannya. Inti dari patient oriented adalah apoteker menjual jasa kefarmasiannya pada pasien, tak hanya sekedar bisnis obat belaka. Seorang apoteker harus tahu bagaimana kondisi pasien, apa yang dikeluhkan pasien, apa yang dikatakan oleh dokter mengenai kondisi pasien, lalu apotekerlah yang akan memilihkan obat yang tepat bagi pasien. Selama ini dokter masih menjadi penentu tunggal pemilihan obat bagi pasien. Nah, untuk menjalankan fungsi-fungsi tadi, seorang apoteker perlu melakukan konseling dengan pasien sebelum menyerahkan obat kepada pasien. <br />
<br />
Ada yang pernah denger gak tentang konseling farmasi? Mungkin pada belum tahu ya, saya sendiri belum pernah mendapati apoteker yang benar-benar memberikan konseling. Setiap saya beli obat di apotek atau rumah sakit atau puskesmas, ya cuma gitu doang, gak ada konselingnya sama sekali. Saya baru mengenal konseling farmasi ini ketika semester 4. Bukan karena ada mata kuliah konseling farmasi, bukan. Mata kuliah itu baru saya dapatkan semester ini, semester 7. Saat itu kelompok studi yang saya ikuti di kampus, namanya PIOGAMA (pusat informasi obat gadjah mada), mengadakan acara seminar nasional dan Kompetisi Konseling Pasien tingkat nasional. Kebetulan saya menjadi panitia sebagai sie acara lomba alias kompetisi itu, jadilah saya tahu apa itu konseling farmasi, hehehe. <br />
<br />
Konseling ini sangat penting sebenarnya. Mengapa? Karena ini dapat meningkatkan keberhasilan terapi yang dijalani pasien. Eh tunggu dulu, konseling ini bukan seperti konseling sama psikolog gitu lho. Konseling ini dimulai dengan menggali informasi dari pasien megenai penyakit dan obatnya. Kalau pasien sudah tahu, maka apoteker hanya memberi informasi tambahan yang diperlukan pasien. Kalau pasien belum tahu, maka apoteker berkewajiban memberi penjelasan kepada pasien mengenai cara pemakaian obat (ini sangat menentukan keberhasilan terapi, salah cara pakai, nanti gak sembuh-sembuh lho pasiennya), cara penyimpanan obat (kalo salah cara nyimpen, bisa-bisa obatnya rusak dan jadi tidak berefek), efek samping obat yang perlu diwaspadai, aktivitas yang harus dihindari, makanan yang dianjurkan atau harus dihindari, dan lain lain. Mungkin, ada yang menganggap sepele banget sih cuma gitu doang. Kalian tidak akan pernah tahu sampai kalian mencobanya, hahaha. Beneran, konseling farmasi itu membutuhkan skill dan ilmu pengetahuan yang luas. Dibutuhkan pendekatan psikologis, apoteker harus bisa membuat pasien nyaman sehingga pasien mau terbuka dan mendengarkan apoteker. Apoteker harus bisa berkomunikasi dengan baik, bahkan kalau perlu menggunakan bahasa daerah kalau memang itu membuat pasien lebih nyaman.<br />
<br />
Apoteker harus tahu mengenai obat yang akan diberikan kepada pasien (padahal jumlah obat itu kan milyaran, ehh lebay, ya pokoknya banyak banget lah, gak mugkin diapalin satu-satu beserta segala komposisi, dosis, efek samping, kontraindikasi, interaksi obat, dan lain-lainya itu), harus bisa menjelaskan cara pemakaian obat (kalo cuma tablet mungkin gampang ya, tapi kalo yang kayak inhaler, suppositoria (hayoo tau gak suppositoria itu apa? Hehee), insulin pen, ovula, dan lain-lain, itu gak gampang lohh). Apoteker juga harus bisa meyakinkan pasien, ada kan pasien yang ngeyel gak mau minum obat, apoteker harus bisa mencari solusinya. Misal dia pelupa, ya dibuatkan reminder, atau minta tolong keluarganya supaya mengingatkan. Kalau ternyata pasien ini gak mampu beli obat karena mahal, ya apoteker harus bisa mencarikan obat dengan khasiat yang sama tapi dengan harga yang lebih murah. Yah, gitu deh, panjang banget kalo diceritain semua. Itu tadi baru cerita tentang konseling, belum masalah-masalah lain di rumah sakit atau apotek. <br />
<br />
Apoteker bertanggung jawab dalam pengelolaan obat, kapan beli obat baru, berapa belinya, bagaimana penyimpanannya, intinya seorang apoteker harus bisa menyeimbangkan kebutuhan obat dengan stok obat yang tersedia dan tentunya tetap mendatangkan profit bagi apotek atau rumah sakit. Jangan sampe apotek bangkrut gara-gara salah perhitungan. Ini juga gak gampang, apoteker harus bisa menganalisa obat mana yang paling banyak dibutuhkan, obat mana yang tidak. Modal buat beli obat itu gak sedikit lho, hoho, jadi bener-bener harus teliti dan cermat. Oh ya, tahukah kalian, apoteker itu punya delapan bintang lhoo.. Delapan bintang farmasi adalah delapan nilai yang harus dimiliki seorang apoteker untuk bisa memberikan pelayanan dan kontribusi yang baik dalam pekerjaan maupun kehidupan bermasyarakat dan bernegara. <br />
<br />
Apa aja itu? Check this out! <br />
1.TEACHER Apoteker tidak hanya membagi ilmu pengetahuan pada masyarakat, tapi juga memberi peluang pada praktisi lainnya untuk memperoleh pengetahuan dan menyesuikan keterampilan yang telah dimilikinya. <br />
2.LEADER Apoteker yang memegang peranan sebagai pemimpin harus mempunyai visi dan kemampuan memimpin (tanggungjawab untuk menjadi pemimpin dalam semua hal yang menyangkut kesejahteraan pasien dan masyarakat). <br />
3. DECISION MAKER Apoteker bekerja berpondasikan kesesuaian, keamanan, dan harga yang efektif serta memainkan peran dalam penyusunan kebijaksanaan obat-obatan. <br />
4. COMMUNICATOR Apoteker harus mampu menjelaskan informasi kesehatan dan obat-obatan pada masyarakat serta berpengetahuan dan percaya diri ketika berinteraksi dengan tenaga kesehatan. <br />
5. LONG LIFE LEARNER Apoteker harus belajar bagaimana menjaga ilmu pengetahuan dan keterampilan mereka tetap up to date. Karena penyakit terus berkembang dan obat-obatan juga berkembang terus. <br />
6. CARE GIVER Apoteker harus mampu menjelaskan gaya hidup sehat, gejala penyakit, serta memberikan pelayanan dengan mutu yang tinggi. <br />
7. MANAGER Apoteker harus dapat mengelola sumber daya (SDM, fisik dan keuangan) dan informasi secara efektif. Selain itu juga bertanggung jawab besar untuk bertukar informasi tentang obat dan produk yang berhubungan dengan obat serta kualitasnya. <br />
8. RESEARCHER Apoteker harus memberikan rekomendasi terapi kepada tim kesehatan berdasarkan bukti penelitian (Evidence Based Medicine) dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. <br />
<br />
Apoteker juga dituntut untuk selalu melakukan penelitian unttuk menemukan obat baru, memperbarui obat-obat yang telah ada, mengoptimalkan formulasi obat dan evaluasi penggunaan obat. Kalau kalian ada yang bertanya, mengapa obat itu mahal, jawabannya karena proses penemuan obat hingga obat dapat digunakan secara aman oleh konsumen memerlukan proses yang sangaaaaaat panjaaaang dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Begitu banyak uji yang harus dialami calon obat hingga sebuah obat dapat memberikan manfaatnya kepada pasien. Ada uji farmakologi, uji toksikologi, kemudian formulasi obat, uji pra klinik (uji pada hewan percobaan), sampai akhirnya uji klinik (uji pada manusia). <br />
<br />
Uji klinik pun masih berlanjut hingga fase keempat, yaitu ketika obat sudah dipasarkan. Jika obat ternyata menimbulkan efek yang tidak diinginkan, maka obat akan ditarik dari pasaran. Huft, banyak banget ya kerjaan apoteker itu. Padahal ini belum membahas tentang obat-obat terlarang atau NAPZA, makanan, dan kosmetik yang juga merupakan ranah apoteker. <br />
<br />
Yaudahlah, intinya untuk membuat segala teori kefarmasian itu menjadi nyata, saya rasa dibutuhkan seorang pahlawan untuk mengubah segala sistem di Indonesia, untuk mengubah cara pandang apoteker terhadap profesinya sendiri, untuk mengubah pandangan msyarakat dan tenaga kesehatan lain terhadap apoteker, untuk membuat apoteker bisa bersanding dan memiliki kedudukan yang sejajar dengan dokter, untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang ideal dan memuaskan masyarakat, untuk membuat apoteker menjadi garda terdepan dalam informasi obat, dan untuk membuat semua apoteker di Indonesia berkata “I’m proud to be a Pharmacist!”. coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-67973810347129919882013-04-02T04:43:00.005-07:002013-04-02T04:43:50.343-07:00Catatan Selo Mahasiswa PKPAOke, karena saya selo dan saran dari teman, akhirnya saya menulis blog deh, hahaha. Ini kisah saya di Surabaya. Ini adalah pengalaman pertama saya menjadi anak kos! Yeaahh,, rasanya seneng banget akhirnya bisa ngerasain jadi anak kos juga, hehehe.
Tanggal 30 maret malam, saya dan 6 orang teman saya berangkat ke surabaya dengan (menyewa) travel, haha. Sebenernya gak nyewa juga sih, tapi karena 1 mobil isinya kami doang, ya jadinya berasa mobil pribadi deh. Sebelum keberangkatan kami ke surabaya ini, kami tidak melakukan survey apapun atau pencarian kos di surabaya. Kami benar-benar tidak mau repot-repot jauh-jauh ke surabaya buat nyari kos, hehehe. Alasan lain, tentu saja karena padatnya jadwal perkuliahan dan jadwal PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) kami, maka kami cari cara praktis saja : menghubungi kakak angkatan. Dari kakak angkatan inilah saya dan teman-teman mendapat nomor HP ibu kos dan tanpa pikir panjang langsung booking 4 kamar sejak bulan Januari lalu.
Setibanya di Surabaya dan menemukan tempat kos yang baru pertama kali kami datangi itu, saya dan teman-teman merasa beruntung karena kos ini, yah meskipun sempit (Cuma 2,5 x2,75 m), tadinya saya pikir bakalan sempit banget, apa bisa gerak di kamar sekecil itu buat berdua?, tapi ternyata meskipun sempit, fasilitas disini sangat mencukupi bagi kami. Yang tadinya kepikiran bawa ember, bawa sprei, bawa kipas angin, TV, bingung cari tempat makan, dan banyak kekhawatiran lain, setelah sampai sini segala kekhawatiran itu hilang. Ternyata ibu kos menawarkan jasa katering untuk makan pagi dan malam seharga Rp 7.000,00 per anak, tawaran ini langsung disambut baik oleh kami karena itu sangat memudahkan kami yang masih baru disini plus harga yang terjangkau membuat kami nggak perlu pusing-pusing nyari tempat makan murah dan bergizi di Surabaya ini. Itupun kami masih dikasih bonus galon, jadi kami gak perlu repot-repot beli galon, hehehe. Asyik lah.
Hari pertama sampai, kami langsung nyuci baju, beres-beres kos dan jalan-jalan ke Plaza Surabaya, hahaha. Ini sih sebenernya mau belanja kebutuhan sehari-hari doang, kayak mie, detergen, tisu, alat tulis, dll, tapi yah sekalian jalan ke mall gak ada salahnya. Ini baru satu-satunya perjalanan terjauh saya selama di Surabaya. Sebenernya pengen jalan-jalan lagi, tapi belum ada waktu dan teman, tunggu besok semoga teman saya yang pilek segera sembuh biar bisa jalan-jalan lagi. Jangan sampai gara-gara nggak ngerti tempat-tempat di Surabaya, jadi diledekin pembimbing di Rumah sakit. No way!
Oke, kita beranjak ke Rumah Sakit ya. RSUD Dr. Soetomo ini letaknya dekeeett banget dari kosan saya. Serius, tinggal nyebrang jalan doang, nyampe deh . Hari pertama, jadwal kuliah matrikulasi kami jam 8 pagi. Kami udah ancang-ancang berangkat dari kosan jam 7 pagi dengan asumsi kami belum tahu letak instalasi farmasi rumah sakitnya di sebelah mana. Di RS sebesar itu, kemungkinan tersesat tentu besar bukan? Apalagi bagi saya yang memang sering banget nyasar. Berangkatlah kami dengan riang gembira, kami sempatkan foto-foto dulu di depan kosan sebelum berangkat. Namun, ternyata tidaklah sulit menemukan instalasi farmasi RS tersebut, kami sudah sampai sana pukul 7 lebih 5 menit! Hahahaha. Kami adalah yang datang pertama. Masih sungkan, kami malu-malu masuk ruangan itu, tapi ternyata malah disuruh langsung ke atas aja ke ruang kuliah di lantai 2. Oke, kami ke atas, masih kosong, foto-foto lagi. Nggak lama kemudian, mahasiswa2 lain juga berdatangan, wah ternyata pada rajin-rajin ya. Peserta kuliah wawasan umum itu selain dari UGM, dari UAD, UMS, Unand, USU, dan UWM. Yang mengagetkan peserta dari UWM ada 40 orang, banyak banget. Namun, ternyata mereka nggak sekalian PKP disana, cuma ikut kuliah wawasan umum 3 hari doang.
Kegiatan kami selanjutnya sejujurnya agak membosankan karena cuma kuliah. Kuliahnya juga nggak jauh beda sama yang udah kami dapet di kampus. Yah, tapi setidaknya pasti ada lah sesuatu yang menarik disini. Kuliah hari pertama ada 3 sesi. Sesi yang paling menarik adalah sesi terakhir karena yang ngasih materi bener-bener nggak bikin ngantuk. Ibu apoteker yang satu ini ekspresif banget dan sangat interaktif dalam menyampaikan materinya. Apalagi di awal ketika beliau memperkenalkan diri, dengan pedenya beliau langsung bertanya pada kami “yang mana foto saya? Coba tunjukkan mbak.” Sambil menyerahkan pointer kepada salah satu dari kami. Di ruangan itu terpampang foto-foto yang entah itu foto siapa aja, berderet deret di dinding sebelah kiri ruangan. Saya pun kena todong, “yang mana mbak?” Waduh, sejujurnya saya juga nggak tahu yang mana foto beliau. Serius, gak ada satupun foto disitu yang mirip beliau. Yaudahlah ya, ngasal aja nebak. Ternyata dari sekian tebakan kami, nggak ada yang bener. Akhirnya beliau menyerah dan menunjukkan fotonya yang mana. Hedeeeh, saya juga nggak ngerti maksud dari tebak-tebakan itu sebenarnya apa. Selanjutnya beliau dengan gaya suroboyo-annya, mengatakan sudah bekerja disana sejak tahun 1988. “Kalian belum lahir, saya lho sudah kerja disini!” Kami sontak tertawa, yaelah, Bu, so what gitu loh?
Hari pertama kami gagal bertemu dengan Ibu Kepala Instalasi Farmasi RS ini karena ada kunjungan dari Dirjen ato apa gitu lah, baru hari kedua kami berjumpa dengan beliau. Hari kedua, materi pertama tentang Gambaran Rumah Sakit secara umum disampaikan oleh beliau. Sebenernya sih, materi ini kami juga sudah mendapatkannya di kuliah, tapi tetap saja materi yang disampaikan beliau tetap menarik bagi saya dan teman-teman. Rasa penasaran kami terjawab sudah. Pertanyaan-pertanyaan seperti “lho, RS Soetomo tuh RSUD to, bukan RSUP? Kan RS tipe A, kenapa nggak jadi RSUP?”, “Lho, kok ada RS swasta yang jaraknya deket banget sama Soetomo, emang nggak saingan ya?” Ternyata RS Soetomo ini memang dipertahankan oleh gubernur jawa timur sebagai RSUD, karena RS ini merupakan kebanggaan bagi Surabaya dan Jawa timur. Sementara keberadaan RS swasta yang sangat dekat dengan RS pemerintah ini bukan tanpa perhitungan, tentu semuanya sudah dengan pertimbangan yang matang. Ternyata oh ternyata, Rumah sakit sekarang udah kayak hotel, banyak aja yang mau ngantri dan mesen kamar. Keberadaan RS swasta itu memang diperlukan karena RS Soetomo sering kebanjiran pasien, terutama untuk layanan privat, di RS soetomo, ada layanan khusus di paviliun Graha amerta yang memberikan pelayanan privat, tapi bed yang tersedia hanya 170 dan itu masih sering banyak yang ngantri. Sooo,, RS Husada Utama menjadi alternatif selanjutnya.
Dari cerita beliau juga, kami mendapat gambaran betapa besarnya Rumah Sakit ini. Tempat tidur yang berjumlah 1618 seringkali full bahkan jika terpaksa, di selasar pun digelarkan kasur untuk pasien. Sebenarnya ini adalah hal yang dilematis bagi RS. Pihak RS sebenarnya ingin memberlakukan sistem rujukan, dimana hanya pasien-pasien yang memang tidak dapat ditangani di RS yang lebih rendah fasilitasnya, baru akan dilayani disini. Namun, dasarnya masyarakat indonesia yang ndableg ya, udah dibuat aturan pun tetep aja ngeyel. Pasien-pasien dengan penyakit ringan atau penyakit yang sudah mendapat obat rutin masih aja pada keras kepala datang ke RS ini. Bayangin aja, masa pasien dengan keluhan jerawat aja dateng ke Soetomo, haduuuuhh… Pasien-pasien yang datang pun ternyata berasal dari banyak daerah, ada seorang pasien hipertensi datang dari Jombang. Ketika ditanya “Bapak kan obatnya sudah rutin, kenapa mesti jauh-jauh datang kesini, kan di Jombang juga sudah bisa mendapat obatnya?” Bapak tersebut menjawab “Kalo nggak di Soetomo, nggak lego. Kalo saya harus meninggal di RS, lebih baik saya meninggal di Soetomo, karena itu brarti usaha saya sudah maksimal.” Saya tercengang mendengar ceritanya. Segitunya ya? Oke, setidaknya itu menunjukkan bahwa beliau sangat mempercayai pelayanan di RS Soetomo ini. Sedangkan jika pihak RS menolak pasien-pasien tersebut, pasien akan mengajukan komplain kemudian pemberitaan di koran dan televisi dengan lebay akan mengangkat kasus tersebut. Serbasalah kan?
Materi selanjutnya tentang Peran farmasi dalam Komite medis yang disampaikan oleh Bu Yuni, apoteker yang sangat ekspresif kemarin. Hal yang saya suka dari apoteker-apoteker di RS Soetomo ini, mereka meskipun sudah tua, tapi penampilan mereka benar-benar membuat saya terkesan. Sepertinya mereka benar-benar tahu bagaimana caranya membuat diri mereka terlihat dan eksis di Rumah Sakit. Penampilan mereka begitu modis, bahkan lebih modis daripada mahasiswa-mahasiswa peserta kuliahnya. Hahaha. Dari cerita mereka juga saya tahu bahwa apoteker-apoteker disana, terutama yang bekerja di bagian klinik (yang turun ke bangsal bareng dan atau tanpa dokter) dibekali i-pad, handphone plus pulsanya untuk kepentingan kerjanya. Pas denger ini, kami refleks bereaksi agak lebay, mungkin reaksi mupeng, hahaha. Buru-buru kami diam dan fokus mendengarkan lagi sebelum terlihat memalukan di antara peserta lain. I-pad untuk selalu mengakses informasi-informasi penting terkait pengobatan pasien, handphone untuk selalu berkomunikasi dengan dokter terkait kondisi pasien. Selama mereka memberikan materi pun beberpa kali handphone mereka berbunyi dan mereka harus mengangkatnya jika itu berkaitan dengan pasien. Hmm, jadi apoteker di Soetomo ini kayaknya gak bakal jauh beda kerjanya sama dokter. Satu kalimat menarik dari Ibu apoteker ini mengenai Ketua Komite farmasi dan Terapi yang selalu dipegang oleh dokter adalah “Farmasi nggak perlu jadi ketua, yang penting bisa mengendalikan”. Yeaahh, suka banget sama kalimat beliau. Sebagai motor penggerak di Komite farmasi dan Terapi, seorang apoteker tidak harus menjadi ketua, yang penting bisa mengendalikan kebijakan yang diambil.
Yah, itulah sekelumit kisah 3 hari pertama saya di Surabaya. Kalau selo dan ada hal-hal menarik lain, tentu saya akan menulis lagi .
coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-77427129913629962652012-10-07T09:31:00.004-07:002012-10-07T09:31:43.486-07:00Maybe It’s Called Transition PhaseIni gaya doang ya judulnya pake bahasa inggris, hahaha. Ceritanya saya baru masuk fase yang menurut saya mungkin bisa disebut fase transisi. Saya bisa dikatakan sudah lulus, tapi belum resmi aja karena belum wisuda dan belum megang ijasah. Status yang masih belum pasti ini sebenarnya membuat saya agak senang juga karena saya sendiri merasa belum pengen wisuda, hehehe.
Kenapa pula saya belum pengen wisuda? Karena, dalam hati saya masih ada perasaan tidak rela meninggalkan dunia mahasiswa. Begitu banyak hal yang bisa kita nikmati selama kita masih berstatus mahasiswa. Bukankah begitu? Rasanya saya belum memanfaatkan semua kesempatan selama saya jadi mahasiswa. Namanya juga manusia, nggak pernah puas.
Tapi di sisi lain, saya juga sudah pengen punya penghasilan sendiri, pengen mandiri, dan itu menjadi agak sulit karena masih terkendala kuliah ketika masih berstatus mahasiswa. Di sisi yang lain lagi, saya masih merasa harus banyak menimba ilmu dan pengalaman sebelum saya benar-benar diterjunkan ke dunia kerja. Bukankah dunia kerja itu kejam?
Jadi, inilah masa-masa transisi saya dari seorang mahasiswa menuju dunia kerja. Banyak hal yang membuat saya harus beradaptasi melepaskan status mahasiswa ini. Saya bersyukur dengan adanya program pendidikan profesi di jurusan saya, sehingga saya masih punya 1 tahun untuk mematangkan diri sebelum say goodbye sama kampus. Mulai dari penampilan aja nih, dulu masih boleh-boleh aja ya ngampus pake celana jeans (dan terkadang kaos), tapi sekarang kuliah udah nggak boleh lagi pake baju kayak gitu. Begitu juga tentang pikiran saya. Dulu, saya masih berpikir saya hanyalah mahasiswa biasa, sama kayak yang lain. Tapi sekarang, rasanya udah berasa lebih ada tanggung jawab besar yang menanti di depan sana. Saya dan teman-teman saya bukanlah mahasiswa biasa, kami adalah calon apoteker. Apoteker itu bukan gelar, tapi profesi, sesuatu yang menjadi amanah kami seumur hidup karena kamipun harus disumpah dulu untuk menjadi seorang apoteker. Jadi kalau ada yang tanya “Habis lulus kamu mau jadi apa?” atau “Cita-citamu apa?”, jangan coba-coba menjawab “Apoteker”, karena itu bukan jawaban. Hahahaha. Itu sama aja kayak mahasiswa teknik ditanya “Mau jadi apa habis lulus?” trus jawabannya “Sarjana Teknik.”. Gedubrak banget. Itu nggak perlu dicita-citakan juga, udah pasti jadi kok (dengan ijin Tuhan pastinya, kalau dia masih hidup, kalau dia lulus ujian).
Jadi, saya mulai galau mau jadi apa nanti ya? Tapi saya ingat sebuah kalimat yang intinya, kita tidak harus selalu tahu di puncak sana ada apa, apa yang akan kita lihat disana, tapi yang penting teruslah melangkah menapaki tangga menuju puncak itu dengan tetap yakin kita akan sampai puncak, lama-lama kita akan melihat sedikit demi sedikit di atas sana ada apa dan akan mencapainya. Dipikir-pikir, ya memang kita tidak akan pernah bisa melihatnya dari ujung bawah sini, kita hanya perlu mencari petunjuk yang benar untuk menuju puncak, mengikutinya, dan terus yakin kita akan menemukan apa yang kita tuju di puncak itu.
coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-82671126277124154422012-09-16T08:15:00.000-07:002012-09-16T08:30:38.519-07:00Sejujurnya saya malas, tapiiiii......Postingan ini saya buat semata-mata untuk menyemangati diri sendiri,, untuk menampar pipi saya sendiri,, untuk mencambuk, yah pokoknya ini supaya saya berkaca dan akhirnya jadi malu sendiri...
Jadi, setelah saya menyelesaikan pendidikan S1 saya di fakultas farmasi UGM, saya melanjutkan pendidikan saya di program profesi apoteker. Sebagai mahasiswa yang belum resmi menyandang gelar sarjana dan baru saja terlepas dari kehidupan melelahkan bernama skripsi, saya sejujurnya masih ingin menikmati masa2 liburan..
Tapi, tentu saja keinginan saya itu tidak bisa terwujud, semester baru telah menyapa.. :)
Ya, mungkin saya malas masuk kuliah lagi.
mungkin saya malas harus praktikum lagi.
mungkin saya malas harus bangun pagi tiap hari.
mungkin saya malas harus baca e-book berbahasa inggris lagi.
males ngerjain tugas dan presentasi lagi.
males ketemu kasus lagi.
males ketemu resep lagi.
males, males, maleeeeeesssss...
hahahahahaha
tapi, saya sudah sampai disini. Halooo,, Syefi, kamu sudah sampai jenjang pendidikan profesi, harusnya kamu menunjukkan sikap profesional dooongg!!
Saya mau menambahkan sejuta alasan lagi :
saya harus bersyukur sudah bisa masuk kelas profesi periode september ini, padahal saya belum yudisium dan belum wisuda.
masih banyak teman2 yang bahkan belum bisa masuk profesi tahun ini.
saya harus bersyukur orangtua saya masih mau membiayai kuliah profesi saya yang biayanya hampir dua kali lipat biaya kuliah S1.
saya harus bersyukur,, saya masih punya long weekend tiap minggunya karena saya hanya mahasiswi profesi, bukan mahasiswi double degree yang jadwal kuliahnya padat merayap. Tak terbayang bagaimana stressnya saya jika harus kuliah double seperti itu. Nggak sangguuuuuppp. Tapi, saya salut dengan teman2 saya yang mengambil jalur ini, mereka sungguh bekerja keras untuk bisa menikmati perkuliahannya selama 2 tahun ke depan.
Yang paling membuat saya tertohok adalah melihat teman-teman baru saya di kelas profesi ini. Begitu banyak mahasiswa yang berasal dari luar UGM dan lihatlah betapa bersemangatnya mereka mengikuti setiap sesi perkuliahan. Siapa yang bertanya saat kuliah? Siapa yang semangat ngajakin ngerjain tugas kuliah? Siapa yang upload e-book di email kelas? Siapa yang semangat menanyakan praktikum? Semua saya temukan pada mahasiswa profesi dari luar UGM. Masa iya, saya nggak malu kalau dikalahin mereka?
Selain itu, saya adalah mahasiswi single. Ya, single alias belum married. Bagaimana dengan teman-teman saya yang sudah menikah? Yang sudah punya anak? Yang ngerjain skripsi di tengah kehamilannya yang membesar? Ohhh... saya benar2 tidak dapat membayangkannya. Mereka sungguh luar biasa. Mereka sepulang kuliah, masih harus mengurus rumah tangga, mngurus suami, mengurus anak mereka. Tapi, apakah mereka mngeluh? Tidak. Sementara saya, sepulang kuliah masih bisa kelayapan kesana kemari sesuka hati saya.
Sooo,, apakah saya masih mau males2an kuliah?
Apakah saya masih mau menyia2kan kesempatan yang berharga ini??
Ini adalah pendidikan terakhir saya sebelum saya resmi menjadi apoteker dan mendapat surat ijin berpraktek,, apakah saya akan menggunakan kesempatan ini untuk membayar segala hal yang telah saya sia2kan selama 4 tahun yang lalu??
Jawabannya ada pada diri saya sendiri. Saya berdoa semoga Tuhan memberikan kekuatan dan keteguhan hati selama saya menjalani kuliah saya ini. Semoga saya bisa melakukan yang terbaik dan tidak menyesal di kemudian hari. Amiiiiinnnn.. :D
Sekian postingan kali ini.
coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-68765017143572723392011-02-11T21:50:00.000-08:002011-02-11T21:51:33.597-08:00tentang akukarena asa mempublish tulisanku tentang dia di blognya, aku juga ikut2an deh publish tulisan dia tentang aku di blog.. hehehe..<br /><br />tara tara, ini tulisannya... eniweii, makasih banget buat asa yang telah menuliskannya spesial buat aku.. haha...<br /><br /><br />nyepy,,,<br />baru kenal dari jaman SMA,,sama2 di BLV... tapi dulu pas SMA g kenal2 nyepy banget... Yang saya tau pas SMA itu syefi pendiem (aku juga kali ya) dan jarang ngisi bucrut... ;ppp<br /><br />nah pas masa2 kuliah di farmasi ini aku mullai deket sama si syefi ini....<br />pas deket sama syefi yang pertama kali terlintas di benak saya adalah "gile ni anak, dulu SMA gak ikut apa2 sekarang kegiatannya bejibun"<br />jadi keinget tu pas jaman2 di kelas C ( :'( udah pisah), tiep kita mau jalan (temen2 deket lahhh) pasti yang agak sering susah diajakin tu kalo gak Ika ya Syefi...bzzzzz....<br />ntah yg rapat bul, ntah yg LKJ (omong2 skrg LKJ pisah dr BEM lo,,jadi Farsigama ), atau yg carii duit buat danus dies...sibuk amat ni anak....<br /><br />dan yg saya tau lagi (dan mungkin juga sebagaimana syefi dan temen2 lain tau):<br />syefi itu kalo naik motor suka nyasar,,ntah mau yg rombongan atau yg sendirian...<br />jadi kenget pas nebeng syefi habis darimana gitu (lupa) trus rombongan sama temen2 lain mau nemenin nancy ke kos barunya...eh tau2 nyepy misah (aku bareng dia)...gak ngeliet kalo mereka belok,,,pokoknya sering lahhh (di BB, di larisi) :DD<br />jadi sekarang kalo kita jalan pake motor formasinya selalu gini :<br />kunthi-hela (depan)<br />ika/syefi (karena ika suka ketinggalan karena syefi suka nyasar( :DD<br />ami-nancy/aku (kadang ada saat2nya tau2 aku ada di belakang kunthi xp )<br /><br />dan dari kuliah ini aku juga baru tau kalo nyepy itu punya ketertarikan sama yg namanya menulis...nyepy itu pinter nulis....aku suka gaya bahasa tulisan dia,,,aku suka cara dia menganalogikan sesuatu..pokoknya kau suka tulisan nyepy (sering2 tag notes dong,,, :) )<br />aku juga baru tau nyepy suka maen ke perpuskot SENDIRIAN,,,dulu pernah sekali diajak nyepy ke sana,,berdua ngobrol bareng pangjang lebar (huaaa kangen,,,)<br />tau g sih nyep sekarang aku kalo lagi labil pikirannya pingin menyepi di perpuskot....(hehe)<br /><br />nyepy pernah bete gak sih???<br />gatau,,,,<br />soalnya muka nyepy selalu kayak gitu,,gak pernah berubah,,,,<br />kalo aku ngeliaet sih kayaknya nyepy selalu ikhlas dengan semua kegiatan yg dia lakukan..<br />kayak gini nih,,,misalnya kita lagi jalan (atau makan) tau2 di suruh rtapat BUL...kalo aku jadi nyepy pasti udah uring2an,,dan cari2 alesan biar ga ikut,,,tapi beda,,,nyepy gak gitu,,,mau rapat mpe malam juga dia datang,,,mau rapat ngaret dia juga datang,,, :DD<br /><br />oya yg ini jujur2an aja ya..<br />sempet saya pernah bete sama nyepy jaman dahulu kala,,,<br />saat itu aku dikasih kado sama temen2,,,,tapi yg ngasih kado g semua...nah ternyata nyepy ini termasuk yg enggak,,dan nyepy merasa agak terpinggirkan (cos kita kan udh sering bareng kok untuk hal ini g diikutsertakan)..<br />nah pas itu nyepy nulis2 di notes ku yg bersangkutan,,terus nge-tag aku,,,,padahal kan aku bener2 gatau apa2,, >,< aku kan nrima aja dikasih kayak gitu...<br />neeee spontan aku kaget.....<br />ngerti kok alesannya syefi saat itu,,,ngerti banget,,,aku pasti juga merasakan hal yg sama kalo jadi kamu nyep.. (pas itu anncy juga kaget kok g diajakin,tapi dia g bikin notes dn segalanya :ppp )<br />well,,udah clear kok itu....segera clear.. :)))<br />jadi terharu saya.....belakangan saya malah jadi terharu sama temen2 yg merasa g diikutsertakan... :'(<br /><br />well,pokoknya nyepy itu bukan orang yg nge-bete in lahhh,, :))<br />nyepy itu menyenangkan,,,<br />ada saat2nya dia diam dan termenung..ada saat2nya dia suka ngomong,,,<br />oya satu yg aku perhatiin,,,kalo kita lagi jalan,,,syefi tu pasti lebih dering ngobrolnya sama ami,,,, hoho<br /><br /><br />~~~~~~~<br />gimana nyep??~~~<br /><br />maap2 yaaa kalo ada yg kurang berkenan di hati....<br />pokoknya nyepi tu jarang jutek lahhh,,,gak kayak aku... :)coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-73118669102832350962011-02-11T21:31:00.000-08:002011-02-11T21:33:33.070-08:00kala hujanHujan. Ada orang-orang yang merasa senang ketika hujan turun, ada orang-orang yang yang justru benci hujan. Saya pun sering jengkel ketika hujan datang tiba2 dan menghambat aktivitas saya. Misalnya ketika ingin pergi, tiba2 hujan deras turun. Tapi apakah dalam kondisi seperti itu hujan selalu menyebalkan? Mungkin tidak juga. Seperti peristiwa yang baru saya alami kemarin.<br /><br />Siang itu, saya menghadiri suatu undangan di Gedung pusat UGM.Ketika acara selesai, tiba2 hujan deras turun dan sukses membuat saya batal meninggalkan tempat itu. Saya yang waktu itu baru saja keluar ruangan, tiba2 mengenali seseorang yang tengah duduk di depan ruangan dan sedang asyik mengobrol bersama teman2nya. Tiba2 mereka beranjak dari tempat itu, mungkin karena takut kehujanan. Saya berpapasan dengan mereka, akhirnya saya sapa cewek itu, ternyata memang benar, dia Bella, teman SD saya. Diapun mengenali saya, tapi tidak ingat nama saya. Huhu, saya dilupakan. :( <br />kami sempat berbasa basi sekadar menanyakan sekarang kuliah dimana, tapi setelah itu kami berpisah.<br /><br />Hujan tak kunjung reda dan saya masih menanti di ujung bangunan itu. Hujan mulai berangin. Saya berlindung masuk ke dalam. Tiba2 ada yang memanggil saya, ternyata Bella dan teman-temannya duduk2 di selasar gedung pusat. Saya pun bergabung dengan mereka. Berbasa basi, berkenalan. ternyata mereka sedang melakukan suatu kompetisi aneh. Entah apa namanya, tapi yang pasti mereka sedang membandingkan status2 twitter mereka. Mungkin "Galau of the week" bisa jadi nama program mereka. Mereka sedang menentukan siapa di antara mereka yang yang status twitternya paling galau. menurut perjanjian, siapa yang twitternya paling galau harus menraktir yang lain. Program ini akan terus berlanjut karena akan ditentukan siapa yang paling galau setiap minggunya. Berhubung mereka anak2 EDS yang mengadakan general practice setiap minggu, mereka akan menentukan setelah general practice tersebut.<br /><br />Mereka berdebat soal kriteria twitter galau. Yang dinobatkan sebagai "Galau of The week" minggu ini pun bertekad untuk mebatasi twit nya "ah, aku gak mau nge twit lagi kalo lagi galau deh." Yang lain langsung protes, mereka bilang itu curang dan itu justru akan mejadi tanda2 kalau sebenarnya dia sedang galau dan berusaha menutupinya dengan jarang nge twit. Jadi, mereka memutuskan siapa yang twit nya paling sedikit juga dapat dikategorikan sebagai orang galau. <br /><br />Setelah ada 1 orang yang dinyatakan paling galau, perdebatan selanjutnya adalah soal makan, mau makan dimana, dan sistem pentraktiran. saya pun ikut terlibat dalam diskusi aneh mereka itu. Setelah melaui perdebatan panjang, akhirnya mereka mendapat suatu kesepakatan tempat makan dan hujan mulai reda. kami pun beranjak dari tempat itu. <br /><br />Mungkin saya tidak pernah menyangka akan bertemu mereka, kalaupun bertemu, saya juga tidak pernah menyangka akan duduk dan mengobrol dengan mereka, apalagi dengan topik yang gak penting banget.Namun, pada akhirnya itu terjadi, saya bertemu mereka, mengobrol, dan entah mengapa saya menikmatinya. Saya tertawa lepas bersama mereka seolah saya sudah lama mengenal mereka.<br /><br />Entah bagaimana topik status twitter galau itu benar2 bisa membuat kami cair. Kami juga mengobrol soal yang lain. Saya jadi tahu kalau anak2 kedokteran ternyata sering kehilangan helm kalo parkir di deket farmasi, dengan seenak jidat mereka menuduh anak farmasi lah pelakunya karena anak2 kedokteran mestinya tahu di situ ada kamera perekam nya, jadi mereka ga mungkin ngambil. nah, kalo emang ada kameranya, kenapa ga diliat aja, siapa pelakunya, kan langsung ketahuan tanpa harus nuduh2 mahasiswa farmasi yang ngambil tanpa ada bukti yang jelas. Jadi emosi ya. haha.<br /><br />Saya pikir, hujan itu lah yang menyeret saya pada orang-orang galau nan gila itu. Hujan itu yang membuat saya akhirnya melepaskn pertahanan saya. Jadi, saya pikir tak selamanya hujan deras yang datang tiba-tiba adalah sesuatu yang buruk. Ada kalanya hujan membuat hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya terjadi. Ada kalanya hujan mempertemukan teman lama yang sudah lama tak berjumpa. Ada kalanya hujan membuat follower list twitter bertambah.coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-74756951855932361962010-10-22T22:51:00.000-07:002010-10-22T22:54:33.747-07:00penderitaan baru dimulaikemarin saya tengah bersenang-senang karena hidup saya nyaris bebas praktikum semester ini..<br /><br />tapiiii,,,ternyata hidup saya yang indah akan segera diwarnai hari-hari yang (agak) menyebalkan.<br />apa penyebabnya??<br />sebuah praktikum imunologi..<br />praktikum ini mengharuskan kami memelihara hewan-hewan bernama TIKUS<br />tikus-tikus ini harus kami beri makan setiap hari, harus kami suntik setiap hari, selama 1 bulan (untung cuma 1 bulan !!)...<br /><br />masalahnya adalah saya benci hewan, saya tidak suka tikus, apalagi jika harus memegangnya.. It's a big NO.. NO..<br />dan ternyata di kelompok saya juga tidak ada mahasiswa yang ahli dalam mengangani hewan ini..<br />kebayang gak sih, tiap hari harus mengunjungi kandang tikus, yang baru berdiri di depannya aja rasanya udah pengen muntah-muntah saking baunya??<br />untungnya sabtu-minggu kami boleh libur menyuntik mereka.<br />Menyuntik tikus itu tidaklah gampang..<br />Tikus yang sulit dikendalikan harus dipegang sampai dia tenang, ktanya sih harus penuh kasih sayang, hueekk, kemudian kita buka mulutnya , lalu masukkan jarum suntiknya, carilah saluran pencernaannya, gak boleh sampai salah ke saluran pernafasan, karena bisa2 dia malah mati.<br /><br />Sejauh ini, kami hanya meminta bantuan teman2 lain yang kebetulan ada di kandang buat nyuntikin tikus2 itu. Kayaknya kalo kami yang nyuntik, satu jam pun belum tentu berhasil. Sangat berbeda dengan Neta, teman sekelas kami, yang tampaknya sudah sangat ahli dalam menyuntik tikus secara oral. Sekali masuk, langsung dapet salurannya, udah deh, pencet pistonnya, dan masuklah obat yang dia suntikkan. Neta, kami sangat bergantung padamu. Hahaha. Entahlah bagaimana kelanjutan nasib kami, yang pasti saya ingin masa2 ini segera berakhir. Hal menyebalkan lainnya adalah selama UTS kami tetap harus mengunjungi para tikus itu, dan pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 kami harus mengambil darah mereka lewat mata! oh, kejamnya! Pokoknya aku gak mau pegang2 tuh tikus, paling2 kami mengandalkan jasa para asisten yang baik hati untuk mengambil darah.<br />Sempat terpikir di benak sya, kenapa ga mati aja tikus2 ini, biar kami ga perlu ngurusin mereka lagi. hahaha. jahatnya..<br /><br />kalimat penutup : i hate rats!!coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-23318433020678855482010-10-22T22:31:00.001-07:002010-10-22T22:31:59.832-07:00KafeinologiBeberapa bulan yang lalu saya menemukan sebuah buku menarik tentang kafein di sebuah toko buku ketika iseng-iseng jalan-jalan. Buku berjudul “The Miracle Of Caffeine, Manfaat Tak Terduga Kafein Berdasarkan Penelitian Paling Mutakhir” yang ditulis oleh Peneliti dari Universitas Temple, AS; Bennett Alan Weinberg dan Bonnie K. Bealer itu lantas membuat saya penasaran dan bertekad untuk membelinya. Baru beberapa minggu yang lalu saya mencarinya lagi dan membelinya. Ternyata mendapatkan buku ini pun tidak semudah menemukan novel-novel best seller yang pasti dipajang di setiap toko buku. <br />Ada begitu banyak kontroversi mengenai efek kafein bagi tubuh kita. Buku ini membuat kita berpikir ulang mengenai kafein karena faktanya ada begitu banyak potensi yang dimiliki senyawa golongan xanthin ini, yang dapat berkembang menjadi efek positif maupun negative, tergantung penggunaannya. Buku ini menawarkan begitu banyak efek positif kafein untuk meingkatkan kesehatan, mengasah kreatifitas, membangun emosi positif, dan masih banyak efek-efek positif lainnya.<br />Dosis Kafein<br />Hal yang mungkin tidak semua orang tahu bahwa dosis kafein bersifat individual. Setiap orang memiliki dosis yang berbeda untuk mendapatkan efek optimal dari kafein. Untuk mengetahuinya, sebaiknya kita melakukan eksperimen terlebih dahulu pada diri masing-masing untuk mengetahui dosis yang tepat bagi kita. Sangat sulit mengetahui kadar kafein yang terkandung dalam kopi, teh, coklat, minuman kola, atau produk-produk lain yang mengandung kafein. Untuk mengetahui dosis yang tepat, sebaiknya gunakan pil kafein yang sudah diketahui kadar kafeinnya.<br />Ada banyak factor yang mempengaruhi dosis kafein bagi seseorang, di antaranya kepekaan individu terhadap kafein (ditentukan oleh factor genetic, tipe kepribadian, kualitas kesehatan,berat badan, dll), laju metabolisme kafein dalam tubuh, manfaat kafein yang diinginkan. Pada kondisi sakit, seseorang perlu meningkatkan dosis kafein untuk mendapatkan efek yang sama pada saat dia sehat. Orang-orang dengan tipe kepribadian introver memiliki dosis yang lebih rendah dibandingkan orang-orang berkepribadian ekstrover. Pada 1998 seorang ahli psikologi, Hans Eysenck, dalam bukunya berjudul “Intelligence : A New Look”, menyatakan bahwa orang yang introvert lebih dekat dengan tingkat kinerja optimal sebab mereka menggunakan system saraf pusat dengan lebih ekstensif-mendekati potensi maksimal mereka-dan relative lebih tahan terhadap efek psikofarmakologi kafein dan obat-obat lain daripada orang yang ekstrover. Sedangkan orang-orang dengan berat badan rendah membutuhkan dosis yang lebih rendah dibandingkan orang yang berat badannya lebih tinggi. Faktor lain yang juga mempengaruhi dosis kafein adalah jenis kelamin. Pria membutuhkan dosis lebih tinggi daripada wanita.<br />Kurva Yerkes-Dodson<br />Fakta unik lain mengenai kafein ditunjukkan dengan kurva aktifitas kafein Yerkes-Dodson-yakni hubungan antara tingkat stimulus atau rangsangan dan tingkat usaha atau kinerja. Kurva ini berbentuk huruf U terbalik. Dosis kafein yang rendah memberikan sejumlah keuntungan. Jika dosisnya ditingkatkan, akan memberikan keuntungan lebih besar. Namun, dosis kafein ini ada titik puncaknya. Ketika batas ini telah terlampaui, maka dosis menjadi terlalu tinggi dan akan mengurangi efek positif yang didapatkan dengan dosis yang lebih rendah, bahkan cenderung merugikan. Dosis yang dimaksud disini bergantung pada factor-faktor yang telah dibahas sebelumnya. <br />Sampai saat ini kafein dikategorikan dalam daftar senyawa yang aman atau GRAS (generally Recognized As Safe) oleh FDA (Food and Drug Administration). Namun bukan berarti mengonsumsi kafein tidak menimbulkan efek samping. Mengonsumsi kafein lebih tepat dikatakan senagai seni daripada sains. Kafein lebih aman dibandingkan dengan substansi obat manapun dalam farmakope (buku daftar obat beserta zat aktif dan zat pembantunya). Kafein tergolong aman untuk orang dewasa sehat dan tidak meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker, atau kematian. Walaupun demikian, dosis yang terlalu banyak dapat mengakibatkan gemetar, insomnia, dan bahkan kecemasan. Konsumsi kafein secara rutin dapat menimbulkan toleransi terhadap efek-efek kafein tertentu, seperti efek kafein untuk membuat seseorang terjaga, namun tidak menyebabkan toleransi pada efek-efek yang lain seperti meningkatkan memori, logika, suasana hati, dan capaian atletik. <br />Efek samping kafein<br />Walaupun sejumlah efek kafein tidak menyebabkan toleransi, tidak dapat disangkal bahwa kafein menyebabkan ketergantungan fisik. Ketika kita mengonsumsi suatu senyawa secara teratur untuk meningkatkan kemampuan fisik lalu tiba-tiba memutuskan pemakaiannya, kita akan mengalami gejala putus pemakaian (withdrawal symptoms). Ketidaknyamanan fisik dan kejiwaan yang dialami ketika menghentikan konsumsi kafein secara tiba-tiba bervariasi pada tiap individu, tergantung factor genetic dan tingkat penggunaan kafein. Semakin banyak konsumsi kafein harian seseorang, maka semakin kuat ketergantungan fisik terhadap kafein, dan akan semakin buruk pula gejala putus pemakaian yang dialami saat berhenti mengonsumsi kafein secara tiba-tiba. Gejala-gejala yang mungkin timbul di antaranya sakit kepala, kelelahan, kurang tidur, emosi buruk, kesulitan berkonsentrasi, depresi, cemas, sensitive, gejala menyerupai flu, nyeri otot, dan mual. Untuk menghindari efek-efek negative tersebut, sebaiknya kurangi dosis kafein harian sedikit demi sedikit untuk menghentikan penggunaan kafein. Namun jangan khawatir, efek withdrawal symptoms ini tidak seperti pada penggunaan obat-obatan terlarang seperti heroin, kokain, atau amfetamin yang menyebabkan kerusakan serius dan bersifat irreversible. Penghentian kafein tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada tubuh kita. Hal yang perlu diwaspadai adalah sindrom “caffeinism”. Sindrom ini merupakan kondisi psikiatrik yang dialami penderita yang terus menggunakan jumlah besar kafein sekalipun hal itu berakibat buruk bagi mereka. <br />Buku ini pun dilengkapi dengan beberapa tes mandiri yang langsung dapat digunakan oleh pembaca untuk menguji efek kafein pada diri mereka. Pada bab yang membahas tentang efek kafein dalam mengasah pikiran juga terdapat alamat situs yang memuat permainan yang bagus untuk mengukur kemampuan logika visuospasial, kecepatan reaksi, dan ketahanan mental. Coba saja buka situs www.vivarin.com atau www.pbs.org/wgbh/nova/everest/exposure/stroopintro.html atau www.faculty.washinton.edu./chudler./java/ready.html <br />Saya merekomendasikan buku ini bagi para pecinta kopi atau bagi anda yang tertarik mengetahui seluk beluk efek kafein bagi tubuh. Dengan bahasa yang ringan dan penggunaan kosakata yang mudah dimengerti, buku ini dapat dibaca siapapun yang ingin mempelajari kafein lebih dalam. Namun, jika Anda ingin tahu mekanisme kerja kafein dalam tubuh, sebaiknya Anda mencari jurnal-jurnal atau buku yang terkait karena itu tidak dibahas mendalam di buku ini. Lampiran dan daftar pustaka buku ini dapat juga dijadikan referensi bagi anda yang ingin mencari lebih banyak informasi dan penelitian mengenai kafein. <br /><br />“Jika kopi adalah racun, kopi adalah racun yang lemah.” Kalimat ini diucapkan di akhir perjalanan hidup Fontanelle, seorang pecinta kopi, yang hidup hingga 100 tahun. <br /><br /><br /><br /><br />Habis baca buku ini,, aku jadi tahu kenapa aku selalu merasakan efek tidak nyaman setelah minum kopi (berdebar-debar, cemas, dan merasakan efek diuretic). Menurut analisaku, itu karena dosisnya ketinggian. Menurut kurva Yerkes-Dodson, dosis yang terlalu tinggi justru memberikan efek yang merugikan. Dilihat dari faktor-faktor yang menentukan dosis kafein, seperti berat badan, jenis kelamin, dan tipe kepribadian, dosis kafein ku memang rendah , untuk berat badan 45kg, dosis yang disarankan adalah 100mg (berat badan ku masih di bawah 45 kg), dengan kepribadian introvert, maka dosis seharusnya diturunkan lagi, dan jenis kelamin perempuan, jadi dosis kafein ku memang amat sangat rendah. Hal ini belum mempertimbangkan factor kecepatan metabolism dalam tubuh, tingkat kepekaan terhadap kafein, dan factor genetic yang lain. Sedangkan efek diuretic, kata buku ini, itu bukan efek dari kafein, melainkan efek dari cairan panas yang diminum (kopi biasanya diminum dengan air panas).coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-62199959642562850842010-09-28T08:10:00.000-07:002010-09-28T08:11:31.478-07:00JelangkungEntah ada angin apa, tiba2 aku teringat pada sesuatu di masa lalu saya : jelangkung!<br /><br />Dulu, pas aku masih SD, aku dan teman2ku suka memainkan permainan yang satu ini. Agak2 serem sih, tapi dasarnya anak kecil, anak kecil kan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, jadi apa aja dicoba, termasuk bermain jelangkung..<br /><br /> <br /><br />Bahkan dulu pernah aku main jelangkung di kamarku,, eh habis itu jadi takut sendiri mau masuk kamar..<br /><br /> <br /><br />Untuk memainkan permainan ini, alat2 yang digunakan sederhana saja, cukup sediakan selembar kertas, bolpoin, dan uang logam. Tuliskan abjad dari huruf A sampai Z, angka dari 0 sampai 9, dan kata 'yes' dan 'no' di selembar kertas tersebut. Nah, langkah selanjutnya tinggal memanggil sang roh atau makhluk halus yang akan kita ajak bermain.<br /><br /> <br /><br />Bagaimana cara memanggilnya?<br /><br />aku udah agak lupa sih, gimana mantranya, kan udah lama gak pernah main ginian lagi, tapi seinget aku, mantranya pake surat alfatihah segala. Setelah baca surat alfatihah, kita rapalkan mantra "jelangkung, jelangkung, disini ada pesta. pesta kecil-kecilan. datang tak djemput, pulang tak diantar." Kurang lebih begitulah mantranya. Mantra dibaca sambil memegangi uang logam. Biasanya sih karena mainnya rame2, jadi masing2 anak menyumbangkan 1 jarinya untuk memegangi uang logam tersebut.<br /><br /> <br /><br />Usai merapalkan mantra, biasanya akan ada makhluk halus yang kecantol, maka uang logam akan mulai terasa berat. Nah kalo sudah begini, maka kita bisa mulai mewawancarai sang jelangkung. Biasanya sih kita kenalan dulu. Kita tanya2, siapa namanya, umurnya berapa, dia mati kenapa, dll. Dulu sih kita beranggapan bahwa jelangkung itu adalah rohnya orang mati yang masih gentayangan di dunia, entah karena dia bunuh diri, makanya arwahnya ditolak, atau sebab2 yang lain. Oya, cara memainkannya mudah saja. Kita sebutkan apa pertanyaan kita, maka sang jelangkung akan merespon dengan menggerakkan uang logam ke huruf2 atau angka2 yang sudah kita sediakan. Itulah jawabannya.<br /><br /> <br /><br />nah, kalo udah kenalan, kita bisa memulai permainan kita. Kita meyakini bahwa jelangkung itu tau segalanya. Biasanya kita nanya2 tentang masa depan, misalnya besok kalo udah gede, kita jadi apa, bla bla bla..<br /><br />Ada satu ramalan jelangkung itu yang masih aku inget, dulu aku pernah nanya sama si jelangkung, aku bakal nikah umur berapa, dan uang logam bergerak ke angka 2 kemudian ke angka 0, hah, 20?<br /><br />sayangnya dulu aku ga sekalian nanya aku bakal nikah sama siapa. hahahaha..<br /><br /> <br /><br />Permainan ini sempet bikin kita ketagihan. Jelangkung sepertinya sempat ngetrend di sekolah juga. waktu itu ada adik kelasku yang kesurupan setelah main jelangkung. setelah kejadian kesurupan itu, aku gak brani lagi main2 jelangkung.. tapi aku gak perah main jelangkung d sekolah, aku mainnya sama temen2 rumahku aja..<br /><br /> <br /><br />yah, itu masa lalu..<br /><br />aku gak tau apakah memang benar ada makhluk halus yang nggerakin uang logam itu atau jangan2 ada salah satu anak yang diam2 menggerakkan uang logamnya. Kita tak tahu karena kita memeganginya bersama-sama. tapi yang pasti, aku sih nggak nggerakin. Dan waktu itu aku yakin juga ga ada salah satu dari temenku yang nggerakin.<br /><br /> <br /><br />tapi, seandainya emang ada makhluk halusnya, kenapa dia bisa tau segalanya? kayaknya sih kita cuma diboongin sama tuh jelangkung. Memercayainya sama dengan syirik, ya nggak?coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-45712842862043894332010-09-28T06:31:00.000-07:002010-09-28T06:32:37.602-07:00keracunan arsenikPeracunan arsenik dapat terjadi secara akut akibat konsumsi arsen berlebih atau kronis akibat terpapar terus-menerus meski dalam kadar rendah (misalnya karena meminum air yang terkontaminasi arsen melebihi batas ambang aman tertinggi).<br /><br />Masuknya arsenik dalam jumlah besar ke dalam tubuh secara mendadak menyebabkan serangan akut berupa rasa sangat sakit perut akibat sistem pencernaan rusak, muntah, diare, rasa haus yang hebat, kram perut, dan akhirnya syok, koma, dan kematian. Paparan dalam jangka waktu lama, seperti meminum air terkontaminasi arsen, dapat menyebabkan nafas berbau, keringat berlebih, otot lunglai, perubahan warna kulit (menjadi gelap), penyakit pembuluh tepi, parestesia tangan dan kaki (gangguan saraf), blackfoot disease dan kanker kulit.[1]<br /><br />Roger Smith, Profesor Emeritus farmakologi dan toksikologi, Sekolah Medis Dartmouth, menyatakan kontaminasi arsenik alami dalam air merupakan masalah di sumur yang terdapat di Banglades dan New Hampshire. Peracunan sumur di Banglades merupakan masalah yang rumit; jutaan orang mengambil air minum dari sumur yang dibor melalui lapisan batu yang mengandung arsenik. Peracunan kronik, level rendah seperti di Banglades menyebabkan korbannya menderita kanker.<br /><br />Ada teori yang mengatakan bahwa Napoleon Bonaparte menderita peracunan arsenik, dan sampel dari rambutnya menunjukkan level tinggi elemen tersebut. Tetapi, tidak berarti peracunan yang dilakukan oleh musuh Napoleon; tembaga arsenat banyak digunakan sebagai pigmen dalam kertas tembok, pelepasan mikrobiologi arsenik ke lingkungan sekitar dapat terjadi. Dengan ketiadaan kertas tembok yang asli dan jelas, dan juga banyak tempat yang dilalui olehnya menyebabkan kasus ini tidak dapat terpecahkan dengan pasti.<br /><br />Arsenik banyak digunakan dalam bidang medis sejak berabad-abad, dan digunakan dengan luas dalam perawatan sifilis sebelum ditemukannya penisilin; lalu diganti dengan pengobatan lain seperti obat sulfa dan kemudian antibiotik. Arsenik merupakan bahan dalam banyak tonik, dan dalam era Viktoria, beberapa wanita memakan campuran cuka, kapur dan arsenik untuk memutihkan kulit mereka.<br /><br />Beberapa abad lalu, arsenik digunakan sebagai racun dalam pembunuhan ketika ditaruh dalam makanan. Batangan perak dapat digunakan untuk mengetes keberadaan arsenik; bila batangan tersebut berubah menjadi hitam ketika dimasukkan ke dalam makanan, berarti makanan tersebut mengandung arsenik.<br /><br /><br /><br /><br />Dampak Arsenik terhadap Kesehatan<br />Manusia<br />Absorbsi, Metabolisme dan Ekskresi Arsen<br /><br />Bahan kimia arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan serta melalui kulit walaupun jumlahnya sangat terbatas. Arsen yang masuk ke dalam peredaran darah dapat ditimbun dalam organ seperti hati, ginjal, otot, tulang, kulit dan rambut. Arsenik trioksid yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi enzim yang berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang berperan dalam proses perbaikan DNA yang rusak. Di dalam tubuh arsenik bervalensi lima dapat berubah menjadi arsenik bervalensi tiga. Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik dan asam mono metil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine. Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil samping dari proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal).<br /><br />Keracunan Arsenik<br /><br />Secara umum, keracunan arsenic atau peracunan arsenic dapat terjadi secara akut akibat konsumsi arsenic berlebih dan kronis akibat terpapar terus-menerus meski dalam kadar rendah (misalnya karena meminum air yang terkontaminasi arsenic melebihi batas ambang aman tertinggi). Masuknya arsenic dalam jumlah besar ke dalam tubuh secara mendadak menyebabkan serangan akut berupa rasa sakit perut yang sangat akibat sistem pencernaan rusak, muntah, diare, rasa haus yang hebat, kram perut, dan akhirnya syok, koma, dan kematian. Paparan dalamjangka waktu lama, seperti meminum air terkontaminasi arsenic, dapat menyebabkan nafas berbau, keringat berlebih, otot lunglai,<br />perubahan<br />warna<br />kulit<br />(menjadi<br />gelap<br /><br />atau hiperpigmentasi kulit), penyakit pembuluh tepi, parestesia tangan dan kaki (gangguan saraf), blackfoot disease, kanker kulit, dermatitis, penyakit ginjal. Pemaparan arsenic pada manusia sering disebut sebagai arsenicikosis. Penduduk yang terpapar memiliki berbagai gejala seperi yang ada di atas.<br />Secara khusus, gejala-gejala arsenicikosis terbagi menjadi<br />gejala stadium primer, sekunder dan tersier.<br />1. Stadium Primer<br />•<br /><br />Melanosis yang Keratoris : Penggelapan warna kulit atau munculnya spot –spot hitam yang lama kelamaan semakin merata ke seluruh tubuh. Pengerasam dan penebalan kulit pada tangan yang menyebebkan tangan menjadi kasar.<br />•<br />Konjungtivitis : Mata merah<br />•<br />Bronkitis : infeksi saluran pernapasan<br />•<br />Gastroenteritis : pusing, mual, muntah dan lemah<br />1. Stadium Sekunder<br />•<br />Leuko-melanosis : Munculnya spot hitam dan spot<br />pemutih<br />•<br /><br />Pada seluruh tubuh Hiperkeratosis: Munculnya area kasar dan tidak rata pada telapak tangan dan telapak kaki<br />•<br />Edema: Pembengkakan pada kaki<br />•<br />Periferal neuropati: berkurangnya sensitivitas saraf<br />penerima rangsangan<br />•<br />Ginjal dan hati: muncul berbagai kompilkasi, termasuk<br />kanker hati dan hepatitis khususnya hepatitis B.<br />1.Stadium Tersier<br />10<br />•<br />Gangren : Neuronekrosis (pengapuran saraf) dan<br />pembususkan pada anggota badan.<br />•<br />Kanker : kanker pada hati, kandung kemih, dan paru –<br />paru serta gagal hati dan ginjal.<br /><br />Dalam kasus keracunan yang terjadi di Bangladesh, air sumur yang telah terkontaminasi oleh arsen telah menimbulakan banyak penderitaan bagi warganya. Sumur yang digunakan bertahun – tahun telah mengkibatkan timbulnya berbagai penyakit yakni antara lain: penyakit gangguan sistem pernapasan, kelainan gastrointestinal, kanker kulit, gangguan pada saraf, penyakit paru obstruktif.<br /><br />Fakta bahwa sebagian besar air tanah di bumi mengandung arsenic memang mengejutkan. Meskipun sebagian besar tidak melewati ambang batas aman yang ditentukan WHO, kesadaran dan kewaspadaan masyarakat harus mulai dibangun. Kontaminasi arsenic dalam tubuh terjadi secara kronis, dengan kata lain, arsenic bersifat akumulatif di dalam tubuh. Dosis mematikan (lethal dose) arsenic trioksida di dalam tubuh adalah 200-300 mg, sedangkan lethal dose arsenic murni adalah 2 mg. Kontaminasi arsenic di dalam tubuh dapat terjadi selain melalui air tanah dan udara, dapat juga melalui bahan pangan, baik karena kandungan alami maupun karena proses pengolahan yang melibatkan air terkontaminasi arsenic. Arsenic yang masuk ke dalam tubuh tidak seluruhnya terakumulasi di dalam tubuh. Kandungan arsenic di dalam tubuh akan meningkat tajam sesaat setelah mengonsumsi bahan pangan yang<br /><br />mengandung arsenic dalam jumlah besar. Terdapat beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa tubuh memiliki mekanisme tertentu untuk mengeluarkan kelebihan arsenic. Pada hari pertama, tubuh akan mengeluarkan sekitar 28 persen arsenic terserap melalui urin dan sekitar 2,5 persen melalui feses.<br />11<br /><br />Hal ini akan berlangsung secara simultan selama kira-kira sepuluh hari. Pada akhir hari kesepuluh, kandungan arsenic di dalam tubuh akan mendekati 0 persen. Kandungan arsenic rata- rata pada urin orang normal adalah 0,0 - 0,06 mg/liter. Arsenic yang terakumulasi di dalam tubuh, umumnya terdeposit pada rambut, kuku, kulit, dan hati. Kandungan normal arsenic pada orang normal adalah maksimum 1 mikrogram per gram berat jaringan basah.<br /><br />Kompensasi dari terpaparnya manusia oeh arsenic akibat meminum air yang mengandung arsenic di atas ambang batas atau menghirup arsenic dari udara yang tercemar adalah kanker, terutama kanker paru-paru dan hati. Mekanisme kanker terjadi secara kronis dan dapat terbentuk akibat paparan arsenic selama beberapa waktu. Pada kasus di Saxony, kematian massal terjadi setelah korbannya terpapar arsenic selama dua bulan. Gejala awal yang terjadi adalah iritasi pada batang tenggorokan, disusul oleh laringitas atau peradangan pada rongga tenggorokan (laring), serta peradangan trakea. Gejala selanjutnya<br />adalah<br />bronkopneumonia<br />yang<br /><br />merupakan peradangan selaput pembungkus paru-paru. Peradangan akan mempercepat pembentukan kanker pada paru-paru. Arsenic diduga dapat berikatan dengan protein dan atau lemak sehingga menimbulkan kesalahan metabolisme atau lisis dan lesi. Kelebihan arsenic di dalam tubuh umumnya akan menumpuk pada hati dan kantong empedu. Kanker hati terjadi jika penumpukan arsenic menyebabkan degradasi lemak dan protein penyusun jaringan organ tersebut.<br /><br />WHO menetapkan ambang batas maksimum arsenic di dalam air tanah adalah 10 ppb (part per billion). Hal ini dilakukan menyusul terjadinya keracunan besar-besaran akibat arsenic pada air yang terjadi di Bangladesh pada tahun 2000. Kasus ini menyerang sekitar 97 persen penduduk Bangladesh. Menurut<br />12<br /><br />penelitian Jones (2000), lebih dari 90 persen air tanah di Bangladesh mengandung hampir 50 ppb arsenic. Hal ini berarti kandungan arsenic dalam air tanah di Bangladesh lima kali lipat di atas ambang batas amannya. Hingga akhir tahun 2000, telah terdeteksi sekitar 25 juta orang terpapar arsenic di 59 distrik. Kasus terbaru yang memiliki gejala keracunan serupa arsenic adalah kasus Teluk Buyat di Minahasa pada tahun 2004. Sejauh ini belum ditemukan adanya indikasi kemungkinan pencemaran arsenic pada sumber air lain, seperti air hujan dan air permukaan sungai, atau danau.<br />13<br />BAB III<br />PENUTUP<br />1.1 Kesimpulan<br /><br />Kasus Pencemaran air yang disebabkan oleh arsen (Arsenik, As) telah banyak menimbulkan penderitaan bagi masyrakat. Masalah – masalah kesehatan bermunculan mulai dari penyakit akut sampai dengan kronis. Tidak sedikit manusia yang<br />menjadi<br />korbannya<br />sehingga<br />sangat<br /><br />diperlukan kewaspadaan dan kesadaran dari masyarakat dan pemerintah untuk lebih peka terhadap zat – zat pencemar yang telah banyak mencemari sungai – sungai yang ada di sekitar daerah permukiman. Salah satu zat atau bahan pencemar /kontaminan yang dikenal sebagai bahan berbahaya dan beracun adalah arsen atau arsenic (As). Arsenic banyak ditemukan di alam sebagai unsure alami. Arsenic ini sering dijumpai pada daerah yang alluvial atau daerah sungai yang berlumpur dan kaya bahan organic. Arsenic ditemukan pada tahun 1250 oleh Albertus Magnus.<br /><br />Sepanjang sejarahnya, arsenic banyak digunakan oleh para raja sebagai senjata untuk membunuh lawannya. Karena sifat racunnya yang tinggi maka tidak heran hal tersebut masih dapat dijumpai hingga sekarang ini.<br /><br />Arsenic sebagai bahan penceamar/kontaminan, sangat berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Paparan yang terjadi dapat berlangsung secara akut dan kronis. Secara akut, keracunan terjadi bila seseorang mengkonsumsi secara berlebih air yang terkontaminasi oleh arsen sedangkan paparan secara kronis terjadi bila seseorang meminum air yang telah<br />14<br /><br />terkontaminasi arsen secara terus menerus dalam selang waktu yang cukup lama. Penyakit yang disebabkan oleh arsen ini disebut sebagai arsenicikosis dengan berbagai gejala. Umumnya gejala dari penyakit ini adalah berupa diare, hiperpigmentasi kulit dan dermatitis yang dapat mengarah pada kanker. Selain itu, ditemukan juga gangguan pada saraf, kelainan sistem pernapasan dan pencernaan, serta kegagalan fungsi hati dan ginjal.Arsenik masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan<br /><br />makanan, saluran pernafasan serta melalui kulit walaupun dengan jumlah yang sangat terbatas. Dalam tubuh arsenic diakumulasi walau tidak seluruhnya dan dideposit pada rambut dan kuku dan hati. Menurut WHO, nilai ambang batas untuk arsen adalah 10 ppb (part per billion).<br /><br />Selain dikenal sebagai bahan yang baracun, arsenic dan senyawanya memiliki kegunaan atau manfaat, antara lain; sebagai bahan Insektisida dan rcun di bidang pertanian, sebagai bahan laser untuk mengkonversi listrik ke cahaya koheren secara langsung, sebagai bahan campuran untuk mengeraskan logam lain dan Gas arsen serta komponen arsenik lainnya seringkali digunakan dalam industri mikroelektronik dan industri bahan gallium arsenide.coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-26591241815865943472010-09-24T20:49:00.000-07:002010-09-24T20:50:35.886-07:00SickSiapa sih yang ga pernah sakit? Pasti semua orang pernah sakit. Satu hal yang saya yakin pasti disetujui semua orang, sakit adalah hal yang tidak menyenangkan. Sakit itu gak enak! Tapi terkadang kita lupa, saat kita sehat, kita lupa bahwa sakit itu sungguh menderita.<br /><br />Kadang, saat kita sehat, justru muncul pikiran ‘wah, enak juga kalo sakit, kan bias blos kuliah, udah gitu ntar jadi diperhatiin.’ Yah, ketika sehat saya pernah berpikir begitu. Tapi, sebenarnya seringan apapun sakitnya, percayalah masih lebih enak jadi orang sehat.<br /><br /> <br /><br />Baru-baru ini saya baru saja disadarkan betapa berharganya kesehatan itu. Beberapa waktu, sebelumnya saya sempat nyombongkepada adik-adik saya karena mereka sering sakit lantaran sulit makan, sementara saya memang lebih jarang sakit. Eh, beberapa hari kemudian saya jatuh sakit. Kualat dehh..<br /><br /> <br /><br />Begitu banyak hal saya lewatkan karena saya sakit. Hari sebelumnya saya mendapat SMS undangan reuni bareng temen-temen SMP. Saya senang sekali membaca SMS itu, kapan lagi ketemu mereka? Malamnya saya sudah confirm untuk dating, padahal waktu itu saya masih di luar kota. Saya optimis untuk datang. Namun, apa yang terjadi keesokan harinya? Tiba-tiba saja saya demam dan mulai diare… AAARRRGGHH… Saya benar-benar kecewa..<br /><br /> <br /><br />Pagi itu tetap saya paksakan untuk pulang ke Jogja karena memang sudah saatnya saya kembali ke kehidupan saya lagi.. Rencana pulang naik kereta gagal karena kehabisan tiket, akhirnya pulang naik bis deh.. Dan ternyata bisnya penuh sesak, saya hanya bias berdiri berdesak-desakkan di dalam bis itu..<br /><br />Sampai rumah, rasanya semakin pusing saja..kayaknya udah ga mungkin berangkat.. Akhirnya saya putuskan untuk tidak jadi berangkat reuni, padahal udah diSMS terus..<br /><br /> <br /><br />Esok paginya, keadaan saya belum membaik. Eh, tiba-tiba diSMS lagi buat jalan-jalan ke festival laying-layang di Parangkusumo.. lagi-lagi saya tidak bias ikut. Belum habis rasa kecewa saya, tiba-tiba dapet SMS lagi buat acara pembubaran panitia ramadhan di pantai depok. Ahh,lagi-lagi ga bias ikut.. Saya hanya bisa terkapar di rumah..<br /><br /> <br /><br />Hari Senin pun tiba, saatnya kembali kuliah.. Jujur, saya sangat sangat sangat malas berangkat ke kampus pagi itu. Kuliah Farmakokinetika Klinik jam 7 pagi. Ingin sekali rasanya membolos saja. Tapi, saya paksakan berangkat juga..Dasarnya emang ga niat, jam 7 kurang baru keluar rumah. Sampai kampus jam 7.25, dan saya pun menjadi sasaran empuk sang dosen. Baru masuk aja udah disindir-sindir.. “Yak, kita akhiri kuliah hari ini..”, “Besok bilang sama bagian akademik, kita mulai kuliah jam setengah delapan kurang 5 menit ya..” Belum cukup, saya pun disuruh maju ke depan untuk mengerjakan soal. Baru juga duduk 10 menit, belum konek lah otak saya, saya nge-blank, ga tau gimana ngerjainnya. Tapi dosennya ga bakal membiarkan saya duduk sebelum saya berhasil menyelesaikan soal itu. Lumayan lama saya berbingung-bingung ria didepan kelas itu. Agak nyesel juga, kenapa tadi ga bolos sekalian aja? Tapi untung saja saya berhasil melewati masa-masa itu berkat bantuan teman saya.<br /><br /> <br /><br />Besok harinya, saya masih malas kuliah. Akhirnya saya putuskan untuk jalan-jalan ke puskesmas aja, itung-itung berobat gratis. Hahaha.. Pulang dari puskesmas, saya mendapat pesangon segepok obat. Saya mendapat 4 macam obat. Yang 2 macam diminum 3x1, yang 2 macam lagi 3x2, jadi sekali minum obat, ada 6 tablet yang harus saya telan dan berarti sehari saya harus minum 18 tablet! Oh em ji, banyak banget! Tapi toh tetap saya minum juga obat-obat itu.. Dan tanpa sepengetahuan saya, saya telah membolos asistensi praktikum imunologi hari itu karena saya memang tidak tahu bahwa hari itu ada asistensi.. Udah bolos 6 SKS, masih ditambah bolos asistensi, ga dateng rapat juga..<br /><br /> <br /><br />Karena merasa begitu banyak yang saya lewatkan hanya gara-gara sehari ga ke kampus, saya putuskan harus ke kampus esok harinya. Tapi ternyata saya mulai terserang penyakit baru : flu! Aaaarrrggghh.. Karena tidak mau semakin parah, akhirnya saya memutuskan untuk menambah obat lagi. Jadi, sekali minum 7 tablet… Jangan dibayangkan saya menelannya satu-satu.. Untuk obat-obat yang ukurannya agak besar, saya (jujur) takut jika harus menelannya secara langsung. Walhasil, karena tak mau repot, maka saya pun mengunyahnya satu-satu bagai mengunyah kacang.. Nyam.. nyam.. nyam.. bagaimana rasanya? Lumayan juga. Ada yang pait, aneh, tapi ada juga yang terasa manis.. itu terpaksa saya lakukan demi kesembuhan saya. Demi bisa beraktivitas seperti dulu lagi.<br /><br />Itulah sedikit cerita di saat saya sakit. Jadi, teman-teman,peliharalah kesehatan kalian baik-baik, apalagi di musim yang serba tidak jelas ini.. Keep Healthy!coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-23852822624418951082010-07-04T23:09:00.000-07:002010-07-04T23:15:31.265-07:00bad moodrasanya bad mood sekali..<br /><br />bosen banget tiap hari di rumah..<br /><br />mau seneng2, tapi masih punya tanggungan..<br />mau belajar, rasanya males bangeettt..<br /><br />argh,, pengen jalan2, tapi ga ada temen..<br />kayaknya lagi butuh sesuatu yang menggairahkan..<br />hidup saya terasa hampaaa....<br /><br />huh, huh, huh...<br />sepertinya saya butuh cinta, karena tanpa cinta, kita tidak bisa memancarkan aura kebahagiaan...coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-38414906302297100062010-06-18T21:40:00.001-07:002010-06-18T21:40:36.497-07:00tablet khayalanSaya berkhayal jika ada sebuah tablet yang bisa menggantikan satu porsi makanan. Kahayalan ini muncul karena saya sering merasa lapar tapi tidak ingin makan. Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang tak memilki nafsu makan, padahal ada makanan di depan mata dan padahal cacing-cacing di perutnya tengah bernyanyi-nyanyi minta diberi makan. Seperti saat ini, saat saya mengetik note ini, saya tengah kelaparan, tapi tak ingin makan.<br /><br />Ketika saya mengalami emosi-emosi yang ekstrim : terlalu bahagia, terlalu bersemangat, terlalu sedih, atau terlalu stress, maka saya tidak bisa makan. Ketika saya buru-buru akan kuliah di pagi hari, saya tidak bisa makan. Kalau dipaksa, justru akan muntah. Tak peduli seberapa lapar yang saya rasakan. Hal ini tentu sangat mengganggu karena ketika saya tidak makan, saya menjadi tidak bertenaga dan mungkin menjadi sakit. Berawal dari maag, kemudian diare, dan akhirnya tidak bisa beraktifitas sama sekali.<br /><br />Bagi orang-orang yang sibuk, terkadang makan menjadi terlupakan padahal makan merupakan kebutuhan primer manusia. Seandainya ada sebuah tablet yang mengandung zat-zat yang kita perlukan untuk tubuh kita dan dapat menghapuskan rasa lapar yang kita derita, tentu itu akan sangat membantu. Bayangkan, kita hanya perlu mengkonsumsi sebuah tablet, maka rasa lapar kita hilang dan energi kita terisi kembali. Menyenangkan bukan? Cepat, praktis, dan solutif. Hahaha.<br /><br />Ketika akan ujian misalnya, kebetulan kita bangun kesiangan, tidak sempat memasak atau membeli makanan, bahkan untuk makan pun mungkin kita tidak sempat, padahal kita butuh energi untuk mengerjakan soal-soal nanti saat ujian. Nah, tablet ini bisa menjadi solusinya.<br /><br />Bagi yang tidak bisa menelan tablet, mungkin bisa dibuat sediaan lain, sirup mungkin? Tapi jangan puyer, tar bikin kontroversi lagi. Hahaha.<br /><br />Saat ini mungkin sudah banyak produk minuman sachet yang katanya dapat mengganti porsi makan kita, tapi saya tetap merasa lapar dan tidak bertenaga setelah mengkonsumsinya.<br /><br />Mungkinkah khayalan saya menjadi kenyataan? Bagaimana cara membuatnya? Tanya anak FSI (Farmasi Sains dan Industri)! Kalian dapet praktikum Teknologi dan Formulasi sediaan padat kan? Jadi pengen tahu gimana cara bikin tablet, sepertinya menyenangkan. Hahaha. Akan dibuat dari bahan apa tablet itu nantinya? Apakah beras yang ditumbuk kemudian dimampatkan dengan tekanan sangat tinggi? Berapa lamakah onset dan durasinya? (farmakologi banget). Tentu percuma jika onsetnya terlalu lama atau durasinya terlalu singkat. Target aksi obat? Bagaimana membuat obat tersebut hancur di lambung?<br /><br />Bagaimana mekanisme kerjanya dalam tubuh kita? Dengan meningkatkan kadar glukosa darah? Menstimulasi hormon glukagon dan menghambat hormon insulin? Berarti mekanismenya kebalikan dari obat anti diabetes dong. Ah, mbuh. Berapa lama proses disolusi dan disintegrasinya? Atau mau dibuat sediaan yang bioavailibitasnya jauh lebih tinggi : injeksi intravena! Tapi, siapa yang mau disuntik demi menghilangkan rasa lapar? Saya juga tidak mau, sediaan ini tidak praktis dan tidak semua orang bisa nyuntik kan? Masa iya, mau kenyang aja mesti ke rumah sakit dulu? Hahaha. Makin ngaco aja deh .<br /><br />Wah, kalau ada yang merealisasikan ide saya ini, wajib memberi tahu saya dan mungkin akan saya patenkan. Hahaha. Ngimpi deh. Kan ada HKI (Hak Kekayaan Intelektual). Haduh, ini kepengaruh workshop kemarin sepertinya.coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-6560844299038882152010-06-18T21:35:00.001-07:002010-06-18T21:35:52.969-07:00tidak peduliaku adalah orang yang sangat cuek, tidak peduli.<br />aku tahu itu. aku sadari itu.<br />ada yang bilang, pikiran membentuk perbuatan. perbuatan membentuk kebiasaan. kebiasaan membentuk karakter. karakter membentuk dirimu.<br />mungkin ini berawal dari pikiran, tapi aku tidak ingat kapan tepatnya pikiran itu mulai muncul.<br /><br />cuek. tidak peduli. masa bodoh. tidak peka.<br />baru aku sadari bahwa sikapku ini sangat merugikanku, sangat mengganggu.<br />mungkin sikap acuhku ini merupakan bentuk pertahanan diriku terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarku. aku lelah. aku capek selalu melihat, mendengar, memikirkan, dan merasakan hal-hal yang membuatku sakit. Tak peduli merupakan caraku melindungi diri dari rasa sakit.<br />ketika aku berhasil mengacuhkan sesuatu, aku akan menerapkan hal itu pada hal lain yang menggangguku. itu terjadi berulang-ulang sampai akhirnya aku berhenti untuk peduli.<br />aku menutup mata, hati, dan telingaku. aku tak lagi bisa merasakan apa yang orang lain rasakan karena aku tak peduli. aku menjadi orang yang kejam, tega, dan tak berperasaan.<br /><br />ketika ada pengemis, pengamen, orang minta2 di jalan, di bus, atau dimanapun aku melihat mereka, aku tidak akan peduli. aku melihat ke arah lain, pura2 tidak melihat mereka.<br />ketika mengunjungi panti asuhan, atu ketika mengikuti kegitan bakti sosial, aku juga tidak peduli. aku memang hadir disana, tapi sejujurnya aku tidak peduli dengan mereka.<br /><br />sering nonton berita di TV?<br />jujur saja, aku sangat malas nonton berita. karena aku tidak peduli. toh itu semua juga tidak ada hubungannya dengan aku. politik, bencana, bank century, demo, bonek, apalah itu semua yang semuanya tdk ada sangkut pautnya dengan aku. mau SBY dikudeta juga, emang apa efeknya bagiku?<br />hampir sebagian berita2 itu isinya pasti negatif kan? kemiskinan, kecelakaan, pembunuhan, korupsi, dan lain2. begitu banyak masalah yg dihadapi bangsa ini. rasanya lelah mendengarnya setiap hari di televisi. daripada aku jadi stres mikirin banyaknya pengangguran di indonesia, kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan yang masih sangat buruk, mending aku ganti channel lain yg bisa menghiburku. tayangan musik mungkin. setidaknya itu bisa dinikmati.<br /><br />mungkin udah bukan rahasia lagi kalo nilai ademikku buruk.<br />dan itu merupakan salah satu akibat dari ketidak pedulianku. aku tidak peduli apa yang dikatakan dosen, yang penting aku selalu hadir di setiap kuliah.<br />aku tidak peduli apakah aku punya materi kuliah atau tidak, yang penting nanti fotokopi punya teman menjelang ujian.<br />aku tidak peduli apa gunanya aku mempelajari mata kuliah tertentu, yang penting itulah yang harus aku ambil semster ini.<br />aku tidak peduli tentang isu-isu yang beredar di dunia farmasi. toh itu tidak keluar di ujian.<br />aku tidak peduli berapa IP ku, yang penting aku masih bisa kuliah. mungkin kuliah cuma sebuah gengsi di hadapan banyak orang.<br /><br />pun soal agama. aku mulai tidak peduli.<br />dulu aku bisa sholat 5 waktu, sholat tahajud, ngaji abis maghrib.<br />sekarang? jujur aja, tahajud udah ga pernah, ngaji juga paling kalo pas ada tadarusan aja. sholat 5 waktu mepet2. aku masih ikut komunitas remaja masjid. masih ikut kajian, masih ikut follow up AAI.<br />tapi itu semua cuma formalitas. aku ada disana, tapi apa hatiku ada disana?<br />sholat cuma jadi rutinitas, yang penting aku menjalankan kewajibanku. selesai.<br />berdoa juga cuma ala kadarnya. aku tahu Allah maha tahu, jadi Allah pasti tahu apa yang aku butuhkan, aku inginkan, aku harapkan, dan apa yang terbaik bagiku. padahal Allah pernah berfirman "Berdo'alah kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkannya."<br />sungguh sangat sombong sekali diri ini ketika merasa tidak perlu berdo'a, toh hasilnya sudah ditentukan.<br /><br />ketika adikku minta tolong sesuatu, hal kecil mungkin, cuma nanya cara ngerjain soal matematika.<br />tapi apakah aku langsung membantu? tidak. biasanya aku sok jual mahal dulu, baru mau bantuin. astaga, sama adik sendiri aja ga peduli.<br /><br />baru sekarang aku merasa sangat tidak nyaman dengan ketidakpedulianku ini.<br />bagaimana aku bisa berharap orang lain ada yang peduli padaku kalau aku sendiri tidak peduli pada mereka? bahkan mungkin aku tak peduli pada diriku sendiri.<br />bagaimana seandainya aku terlahir sebagai anak jalanan dan tak ada yang peduli?<br /><br />ketika ngobrol2 dengan orang lain. Ada yang bertanya "gimana nilai adekmu?"<br />aku speechless. ga bisa jawab. karena aku tidak tahu. karena aku<br />tidak peduli.<br />ketika orang2 memperbincangkan kasus2 yang sedang hot di televisi, aku cuma bisa melongo. diam seribu bahasa. karena aku tak tahu apa2. karena aku tidak peduli.<br />ketika ada orang yang bertanya "apa obat untuk pusing"?<br />hah? aku ga pernah minum obat kalo pusing.<br />aku tidak bisa menjawab. karena aku tidak peduli selama itu tidak ada hubungannya dengan diriku.<br />aku menjadi orang yang egois.<br />ketika ada tamu mengetuk pintu, apa aku langsung bukain pintu? enggak juga. aku pikir masih banyak orang lain yang bisa bukain pintu.<br />ketika teman2 ribut membicarakan nilai, aku juga tidak ambil pusing. sebodo amat.<br />tapi ketika ada yang bertanya "Syef, biomolmu dapet apa?"<br />hah? baru nyadar nilaiku jelek banget.<br /><br />ketika teman2 ngajakin ke muslim fair, aku pikir mau ngapain disana? emang ada yg menarik. paling bukunya juga gitu2 semua. ga doyan. tapi toh akhirnya aku berangkat juga.<br />meskipun ga beli apa2, seenggaknya aku sempat mendengarkan acara bedah buku yg sempat digelar disana. Dalam bedah buku itu, sang pembicara mengatakan bahwa mengubah atau membalik sesuatu itu memang tidak mudah. Butuh konsentrasi tinggi. Ketika itu pembicara menyuruh para peserta untuk mengangkat tangan kanan jika dia bilang "kanan". begitu pula sebaliknya. itu berjalan lancar. tapi ketika aturannya dibalik, angkat tangan kiri jika sang pembicara bilang "kanan" dan angkat tangan kanan ketika dia bilang "kiri". banyak peserta yg tampak bingung dan kacau stelah dipraktekkan.<br /><br />itu juga yang aku rasakan. sangat sulit mengubah sesuatu yang sudah terlalu sering kta lakukan.<br />itu sudah menjadi kebiasaan. ketika kita sudah terbiasa tidak peduli pada apa pun di sekitar kita, maka akan sangat sulit mencoba untuk peduli.<br />aku coba nonton berita karena penasaran, tapi karena kasusnya emang udah lumayan lama, aku tidak mengerti sudah sampai mana perkembangannya. ga dong. akhirnya, capek juga kan dengerin orang ngomong hal yang tdk kita mengerti, aku ganti channel lain. Oh, susah banget buat peduli pada sesuatu, ya?<br /><br />ketika aku coba baca materi biomol sebelum ujian, oh apa ini? isinya sandi2 ga jelas. Ini ngomongin biologi atau tebak-tebakan togel? beneran, itu yang aku pikirin pas ujian biomol. bener2 kayak tebak-tebakan togel. pilihan ganda yang isinya sandi2 yang tidak aku kenal.<br />akhirnya aku cuma silang huruf2 itu tanpa tahu bener atau salah, yang penting lembar jawab nggak kosong.<br /><br />ketika aku tidak peduli dengan tugas2 atau sesuatu yang sebenarnya harus aku lakukan dalam sebuah organisasi, pada akhirnya aku juga yang akan menanggung akibatnya. tugas itu menjadi seperti hantu yang selalu mengintai kemanapun aku pergi. senakin ditunda, semakin malas mengerjakannya. akhirnya aku males ketemu sama orang2 yang bersangkutan.<br /><br />mulai sekarang, aku harus lebih peduli pada apa pun, pada diriku sendiri, pada orang2 di sekitarku, pada alam, pada orang lain, yang bahkan tidak ada hubungannya dengan aku.<br />pasti sangat menyenangkan saat semua orang peduli padaku saat aku benar2 butuh mereka.<br />So, be care of everything, syef..coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-57494514969138259382010-06-18T21:33:00.001-07:002010-06-18T21:33:54.720-07:00renaissanceaku sudah mendapat pencerahan teman2, senangnyaa..<br /><br />kemarin aku bertanya2 aku mau jadi apa dan buat apa aku di Bul..<br />jawabannya : aku mau jadi apoteker.. hahaha..<br />emang apoteker tu apa?? tau ah..<br /><br />aku inget, pas jaman SMA aku bingung banget mo pilih jurusan kuliah,<br />dari berapa puluh prodi di UGM (73 kalo ga salah), ga ada 1 pun yang menarik buat aku..<br />Bapakku sempet ngiming2 in aku buat masuk kedokteran, tapi aku ga kepengaruh, aku ga mau jadi dokter..<br />aku masuk rumah sakit aja takut, gimana mau jadi dokter?<br />dan sebenernya awalnya Bapakku ga setuju aku kuliah di UGM karena masa lalunya (ga usah dibahas yaa)..<br />aku disuruh masuk STAN aja, aku udah dilesin selama 1 tahun dgn biaya yg tidak sedikit..<br />aku minta dilesin buat UM ga diijinin, tapi kalo les yang ini biaya mahal aja tetep disanggupi..<br /><br />akhirnya terpaksa aku jalani juga, padahal sebenernya aku menderita juga (ga punya temen aku disana)<br />tapi karena aku udah biasa jadi lonely person, yah cuek aja lah..<br /><br />tapi ga tau gimana ceritanya, pas sebulan menjelang UM, tiba2 bapakku merestui aku daftar UM, bahkan sampe beliin soal2 UM..<br />mungkin karena ngliat aku sama ibuku yang tiap hari ngomongin jurusan buat UM, akhirnya luluh juga..<br />tapi UGM cuma buat cadangan, tujuan utama tetep STAN..<br />waktu itu pendaftaran kolektif lewat sekolah udah ditutup, jadi aku daftar sendiri, verifikasi sendiri ke UGM..<br /><br />sebelum memutuskan daftar UM, aku juga udah tes psikologi dan konsultasi ma psikolognya, dan aku malah disaranin masuk jurusan Desain Komunikasi Visual... (apalagi ini??)<br />tapi aku ga kepengaruh kata2 psikolog itu, karena aku merasa yang lebih tau tentang diriku , ya diriku sendiri..<br /><br />akhirnya, setelah 1,5 tahun pusing pilih jurusan (aku udah mikirin jurusan sejak kelas 2 SMA),<br />aku pilih farmasi.. ini udah mentok, ga ada jurusan lain yang aku minati, sampe aku bingung nentuin pilihan ke-2 dan ke-3..<br />waktu itu, aku mikirnya di antara pelajaran2 IPA yg ada, buku yg ga pernah aku baca2 adalah kimia, aku ga pernah belajar kimia, tapi tetep bisa ngerjain soal..<br />kalo matematika, apalagi fisika, udah belajar kayak apa tetep aja ga bisa ngerjain soal..<br />jadi, aku pikir farmasi kan banyak kimia nya, jadi ya udah ke farmasi aja, biar ga usah susah2 belajar..hahaha..<br /><br />sekarang aku merasa bersyukur banget bisa ketrima di farmasi UGM, waktu itu aku sempet ga enak ma temen2ku yg pada ga ketrima UM..<br />mereka yang udah belajar mati2an ga ketrima, sementara aku yang daftarnya aja ga niat, malah ketrima..<br /><br />beberapa bulan kemudian, aku tes STAN..<br />entah kenapa perasaanku biasa aja pas tes itu, rasanya kayak bukan ujian, kayak try out biasa..<br />dan setelah beberapa minggu kul di UGM, entah kenapa aku merasa ga rela ninggalin UGM.. sayang banget kan..<br />diam2 aku berdoa ga ketrima di STAN..<br />akhirnya hari pengumuman itu tiba, dan aku beneran ga ketrima.. hahaha... senangnyaa..<br /><br />kalo ditanya apa motivasiku daftar STAN, jawabannya adalah bisa ngekos dan jauh dari orang tua, bosen di jogja, pengen tinggal sendiri di kota lain, sepertinya itu sangat menyenangkan..<br /><br />sekarang, apa motivasiku kuliah di farmasi??<br /><br />1. Bisa berguna buat diri sendiri dan orang lain<br />Ilmu farmasi sangat berguna dan sangat bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari2..<br />Kalo aku kerja di apotek atau mungkin di rumah sakit, aku bisa menolong orang setiap hari.<br />ini pekerjaan yang mulia, seenggaknya kalo aku merasa dosaku sangat bertumpuk2, mudah2an ini bisa buat tabunganku di akhirat kelak..<br /><br />2. Kualitas Fakultas Farmasi UGM udah terakreditasi<br />Farmasi kan udah dapet ISO, jadi urusan cari pekerjaan pasti lulusan farmasi UGM patut diperhitungkan lah.. apalagi kenyataannya sangat banyak apotek yg ga da apotekernya, di rumah sakit juga paling 1-2 orang aja, lapangan kerjaan sangat luas lah..<br /><br />3. Kuliah di farmasi tuh udah yang paling enak<br />walopun di farmasi banyak praktikumnya, tapi praktikum cuma dari pagi sampe sore, mentok jam 5 lah..<br />ga ada praktikum malem2, kecuali kalo buat penelitian ato skripsi..<br /><br />di farmasi ada smester pendek tiap tahun, jadi selalu ada kesempatan buat memperbaiki nilai dan yang dipake adalah nilai yang lebih baik (ga semua fakultas ada kebijakan kayak gini kan?)<br /><br />anak2 farmasi rata2 anak baik, jadi kayaknya ga mungkin lah aku kepengaruh pergaulan yang ga bener..<br />pacaran di farmasi tuh susah lho, ada yang ngawasin, diliatin, diteror lewat sms.. (temenku yang crita, aku sih ga pernah..)<br /><br />lulus farmasi, bisa dapet 2 gelar, gelar sarjana S1 dan gelar apoteker, tapi kuliahnya jadi sedikit lebih lama, 5 tahun.. (ga banyak kan, jurusan yang bisa dapet 2 gelar kayak gini?)<br /><br />seandainya aku memutuskan untuk tidak bekerja suatu saat nanti (mungkin jadi ibu rumah tangga), seenggaknya aku bisa mengaplikasikan ilmuku buat keluargaku, anak2ku, atau mungkin tetangga..<br /><br />oya, industri farmasi termasuk industri yang relatif stabil dibandingkan industri2 yang lain..<br />coba deh, pas nonton TV tapi ga ada acara yg menarik, iseng ngitung iklan produk farmasi yang diiklanin di TV selama 1 jam, udah berapa produk tuh?<br />jangan salah, lingkup farmasi sangat luas, tidak terbatas pada obat2an, tapi juga produk makanan dan kosmetik.. kosmetik juga ga cuma yang buat dandan cewek2, tapi juga meliputi sabun, shampoo, dan produk2 lain yang secara sadar ato nggak dipakai semua orang setiap hari..<br /><br />kesehatan adalah kebutuhan semua orang, dalam keadaan bagaimanapun kesehatan akan selalu menjadi hal penting, jadi ga ada ceritanya orang ga butuh obat..<br />bahkan kalo semua orang di dunia udah sehat, manusia akan membuat produk2 suplemen untuk meningkatkan kesehatan.. manusia kan makhluk yg tdk pernah puas..<br /><br />pharmaceutical care di Indonesia masih belum bisa berjalan dgn baik,<br />dimana2 dokter yg nentuin obat, bukan apoteker..<br />padahal, dokter ngerti apa sih, soal obat??<br />oke, mungkin mereka dapet kuliah farmakologi, tapi mereka ga ngerti interaksi obat, ato formulasi obat..<br />ato dokter2 yang kasi obat mahal buat pasien, padahal kan bisa pake obat generik yg sebenernya khasiatnya sama tapi harganya lebih murah..<br /><br />intinya, masih sangat banyak masalah kesehatan di Indonesia yg belum terselesaikan..<br /><br />kalo masalah Bul, aku tidak pernah menyesal masuk Bul dan bahkan aku sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari SKM UGM Bulaksumur..<br />jujur, aku merasa mendapat banyak sekali manfaat dan pengalaman selama aku disana..<br />mengenal banyak hal baru, bahkan memiliki teman2 sebaik kalian yang mungkin tidak akan aku temukan di tempat lain.. terima kasih, teman2..<br /><br />oya, kemarin aku buka2 diariku, dan ternyata aku pernah mengalami perasaan seperti ini pada bulan Mei 2009, tapi aku tetep melanjutkan perjuanganku di Bul dan di farmasi..<br /><br />mungkin selama ini aku terlanjur menyugesti diriku sendiri bahwa kuliah di farmasi itu berat, lebih enak kuliah di jurusan sosial..<br />kini aku menyadari, masalahnya bukan ada pada jurusannya, tapi pada cara pandangku, dan pada bagaimana caraku belajar..<br />aku emang paling males belajar, jadi IP ku jelek, padahal kalo aku mau belajar dgn lebih giat, aku pasti bisa dapet nilai bagus..<br />jadi, sekarang aku akan menanamkan sugesti baru : AKU CINTA FARMASI<br /><br />wajar kalo aku merasa masa depanku masih jauh, karena jalanku masih sangat panjang,<br />untuk menyandang gelar apoteker aja masih butuh waktu minimal 3,5 tahun lagi..<br /><br />teman2, aku akan tetap ada untuk kalian,<br />aku ga akan kemana2, aku akan tetap berada di Bulaksumur<br />karena aku tidak akan sanggup meninggalkan kalian,<br />kalian terlalu berharga untuk ditinggalkan..coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8524340504328213110.post-77713620423689318932010-06-18T21:29:00.000-07:002010-06-18T21:30:17.967-07:00sleep paralysisPernahkah kalian mengalami ‘tindihan’? Suatu kejadian yang membuat tidur kita tidak nyaman. Dulu aku sering mengalaminya (ketika SMA), sekarang sudah jarang, tapi beberapa waktu yang lalu aku mengalaminya lagi. Ketika baru saja terlelap, tiba-tiba muncul mimpi, biasanya mimpi yang dialami agak aneh atau seram. Tak jarang di dalam mimpi muncul makhluk menyeramkan seperti alien atau hantu. Kalo dulu sih, aku mimpi dikejar-kejar sesuatu yang menyeramkan, aku berlari, tapi ketika sampai pada titik tertentu aku tak bisa berlari lagi, bahkan aku tak sanggup bergerak, sementara makhluk itu semakin dekat. Aku hanya bisa pasrah ketika makhluk itu (mungkin) berhasil menangkapku. Aku berusaha keras untuk bangun, karena aku tahu itu hanya mimpi, tapi tak bisa, aku berusaha membaca ayat kursi atau ayat2 lain agar makhluk itu pergi, dan jika usahaku tak membuahkan hasil, pada akhirnya aku menyerah, kemudian tiba2 aku terbangun. Terbangun dengan perasaan takut sekaligus lega karena telah terlepas dari jeratan mimpi buruk itu. Kejadian seperti itu dapat terjadi berkali-kali dalam satu malam. Kalau sudah begitu, biasanya aku memutuskan untuk pindah ke kamar lain.<br /><br />Kejadian seperti itu tentu saja sangat mengganggu. Ada yang bilang tindihan itu terjadi karena ada makhluk halus yang menindih tubuh kita sehingga kita tak mampu bergerak, kadang disertai perasaan seperti tercekik dan sesak nafas. Apakah yang sebenarnya terjadi saat kita mengalami tindihan ini?<br />Secara medis, keadaan ketika kita tak mampu bergerak saat kita tidur seperti peristiwa tindihan itu disebut sleep paralysis atau isolated sleep paralysis (ISP). ISP dapat dialami oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Usia ketika seseorang pertama kali mengalami ISP antara 14-17 tahun. Menurut Al Cheyne, peneliti dari Universitas Waterloo, Kanada, sleep paralysis, adalah sejenis halusinasi karena adanya malfungsi tidur di tahap rapid eye movement (REM). Malfungsi ini terjadi karena tubuh terlalu lelah atau kurang tidur.<br /><br />Berdasarkan gelombang otak, tidur terbagi dalam 4 tahapan. Tahapan itu adalah tahap tidur paling ringan (kita masih setengah sadar), tidur yang lebih dalam, tidur yang paling dalam, dan tahap REM (pada tahap ini kita mengalami mimpi). Pada kasus sleep paralysis, kita baru sampai tahap tidur paling ringan, kemuadian langsung melompat ke tahap REM. Itulah sebabnya kita mengalami mimpi saat tindihan dan biasanya terjadi ketika kita baru saja terlelap.<br /><br />Saat tindihan, kita tidak dapat menggerakkan anggota tubuh kita, padahal kita merasa dapat melihat dengan jelas tempat dimana kita tidur. Kita merasa sadar, tapi tak mampu bergerak. Hal ini terjadi karena ketidaksinkronan otak kita yang sudah sadar dengan tubuh kita yang belum sadar. Sesak nafas dan perasaan tercekik terjadi karena ketidaksinkronan lalu lintas udara dalam sistem pernafasan seseorang dengan tingkat kesadaran seseorang. Sedangkan rasa takut yang sering divisualisasikan dengan keberadaan makhluk halus, diduga dialami seorang individu karena sedang berusaha mengatasi dan mengidentifikasi rasa takut dan teror yang disimpannya dalam dunia nyata.<br /><br />Biasanya sleep paralysis dialami oleh orang yang mengalami stress, kelelahan fisik, atau kurang tidur. Fakta lain menunjukkan bahwa ISP sering dialami orang yang tidur dalam posisi terlentang, wajah menghadap ke atas, dan hampir nyenyak dalam tidurnya atau hampir terjaga dari tidur. Beberapa penelitian menemukan perasaan positif yang terlalu kuat, seperti jatuh cinta atau setelah berhubungan seksual, juga dapat memicu ISP. Saat ini penelitian juga diarahkan ke arah geomagnetik dan keadaan geologis terhadap fenomena ISP. Para peneliti mengemukakan teori bahwa orang-orang yang tinggal di daerah geologi aktif, seperti di daerah samudera pasifik, yang dikenal dengan “Ring of fire”, lebih sering mengalami ISP.<br /><br />Hal yang perlu diwaspadai jika seseorang terlalu sering mengalami ISP, ini dapat menjadi gejala berbagai penyakit seperti narcolepsy (serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), sleep apnea (tidur mendengkur), kecemasan, depresi, atau kurang tidur.<br /><br />Bagaimana cara menghindarinya?<br />1. Atur pola tidur dengan teratur setiap harinya agar tidak kurang tidur.<br />2. Ubah-ubahlah posisi tidur untuk meminimalisasi terjadinya ISP karena ISP biasa terjadi pada orang yang tidur dengan posisi terlentang.<br />3. Usahakan hidup sehat secara fisik dan psikis. Stres diduga merupakan penyebab terbesar seseorang mengalami ISP. Jangan makan kebanyakan. Jangan mengonsumsi alkohol, kafein, atau merokok menjelang tidur karena dapat mengganggu pola tidur.<br />4. Jika merasa gangguan tidur ini sudah sangat mengganggu, ada baiknya mengonsultasikannya pada dokter.coretan-coretan Syefihttp://www.blogger.com/profile/08465981100792011000noreply@blogger.com0